Mengapa Mbah Pomo Tak Dievakuasi Saat Kelud Meletus?

By , Senin, 17 Februari 2014 | 16:55 WIB

Dua orang laki-laki warga Desa Pandan Sari ditinggalkan keluarga dan warga desa karena mengalami gangguan jiwa, ketika seluruh warga mengungsi pascaerupsi Gunung Kelud, Jawa Timur, Kamis (13/2).

Kehadiran kedua dikhawatirkan justru merepotkan. Supomo alias Mbah Pomo berulang kali berkata "lapar" sambil memegang perutnya saat beberapa awak media dan warga desa menemui dia di rumahnya.

Sebelumnya, ia ditemukan terbaring di bawah kolong meja oleh Anton, seorang jurnalis foto yang tengah meliput di Dusun Plumbang, Desa Pandan Sari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Mbah Pomo hanya seorang diri di rumah itu. Kaos bertuliskan BASARNAS yang dikenakannya masih bersih. Boleh jadi, pertanda sudah ada orang lain yang menemuinya sejak gunung meletus.

Rumah Mbah Pomo, yang berukuran sekitar 80 meter persegi, sudah hampir hancur. Kaca-kaca jendelanya pecah tak berbentuk. Beberapa atapnya mulai berlubang besar. Pasir yang dimuntahkan Gunung Kelud pun menutupi semua bagian rumah itu hingga setebal lebih dari 10 sentimeter.

Anton lalu memanggil beberapa rekannya sesama jurnalis dan beberapa warga yang ada di sekitar rumah Supomo. Wajah mengiba Supomo tidak membuat Jumain, tetangganya berbelas asih.

"Dia agak sakit. Biar saja. Nanti ada yang kasih makan kok," kata Jumain.

Supomo terus mengiba. Jumain pun terus melangkah menjauh dari rumah Supomo. Hingga akhirnya Suparno, keponakan jauh Supamo membawanya sebungkus nasi dan air minum dalam kemasan.

Hanya dua sendok nasi yang berhasil termakan Mbah Pomo. Sudah itu, ia menawarkan orang-orang di sekitarnya untuk memakan nasi bungkusnya. Dia lalu terus meracau.

Saat diam, dia terlihat menahan tangis. Namun air matanya tidak dapat terbendung. Tidak ada yang tahu apa yang ditangisinya.

Warga di sekitar mengatakan, Mbah Pomo ditinggalkan istrinya karena kerap bermabuk mabukan. Sejak itulah lelaki yang mengaku berusia 95 tahun itu hidup seorang diri.

Tidak ada yang tahu kapan tepatnya istrinya pergi. Dalam kesendiriannya, Mbah Pomo hidup dengan belas kasihan tetangganya yang setiap hari bergantian memberi makanan. Tetapi, saat letusan Gunung Kelud terjadi, semua orang berpikir untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Mbah Pomo pun ditinggalkan seorang diri.

PonajiNasib yang sama juga dialami Ponaji. Rumahnya berjarak sekitar 500 meter dari rumah Supomo. Dalam kondisi normal, Ponaji tinggal bersama kakaknya. Namun rupanya sang kakak pun berupaya menyelematkan dirinya sendiri dulu saat Gunung Kelud meletus.