Masker Kain Setelah Setahun Pemakaian Masih Efektif Melawan Virus

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 10 September 2021 | 17:00 WIB
Masker kain memang kurang efektif daripada masker medis dalam menangkal virus, tetapi kemampuannya dapat bertahan dalam setahun setelah dicuci dan dikeringkan berkali-kali. (AP/LaPressePatrick Ngugi)

Nationalgeographic.co.id - Masker sekali pakai menjadi masalah bagi lingkungan, untuk itu diciptakan pula yang berbahan kain. Kendati demikian, karena penyebaran COVID-19 yang meningkat, masyarakat haru menggunakan masker dua lapis (lapis paling luar adalah kain, dan yang di dalam yang sekali pakai), tapi menimbulkan masalah limbah masker sekali pakai.

Diperkirakan, dalam sebulan rata-rata masker pengguna masker di dunia adalah 2,8 juta setiap menitnya. Limbah masker bisa menyebabkan penyakit menular, terutama jika berasal dari kegiatan medis.

Para peneliti dari dalam laporan Aerosol and Air Quality Research, menemukan bahwa masker kain dapat menangkal partikel virus. Kekuatannya tidak akan berkurang meski sudah setahun terakhir sudah dicuci, bila sering dicuci dan dikeringkan atau dijemur.

"Ini kabar baik untuk keberlanjutan," kata penulis utama Marina Vance, dikutip dari rilis. Dia adalah asisten profesor di Department of Mechanical Engineering University of Colorado Boulder, Amerika Serikat. "Masker kain berbahan katun yang telah kamu cuci, keringkan, dan gunakan kembali? Mungkin masih baik-baik saja—jangan dibuang."

 

 

 

Laporan Vance dan tim itu dipublikasikan 30 Agustus lalu, dengan judul Filtration Performance of Layering Masks and Face Coverings and the Reusability of Cotton Masks after Repeated Washing and Drying. Penelitian ini berawal dari limbah masker yang tersebar di banyak tempat.

"Kami benar-benar terganggu di awal pandemi, ketika pergi mendaki atau pergi ke pusat kota, dan melihat semua masker sekali pakai ini mengotori lingkungan," lanjut Vance.

Untuk mengetahui uji layak masker, mereka tidak menggunakan orang sungguhan, melainkan dipasang di salah satu ujung corong yang akan mengeluarkan udara dan partikel yang dapat diatur para peneliti. Dengan cara ini, mereka dapat meniru kondisi nyata seperti tingkat kelembaban, dan suhu tinggi, yang dapat menggambarkan dampak pada masker dari pernapasan.

Hasilnya, serat kapas mulai terlepas dari waktu ke waktu setelah dicuci dan dikeringkan berulang kali. Tetapi para peneliti menemukan, hal itu tidak secara signifikan mempengaruhi efisiensi penangkalan partikel virus oleh kain.

Baca Juga: Masker dan Sarung Tangan Menjadi Masalah Lingkungan Baru Selama Pandemi

Ilustrasi sampah masker di pantai. (Surfers Against Sewage)

Perubahan kecil yang ditemukan adalah pada resistensi inhalasi, yang berarti masker itu lebih terasa sedikit lebih sulit untuk bernapas setelah robek atau dipakai.

"Kami mengasumsikan tidak ada celah di antara bahan masker dan wajah orang," jelas Vance.

Sebab wajah setiap orang sangat bervariasi, dan semua tergantung pada bentuk masker dan seberapa baik orang itu bisa menyesuaikannya. Bisa jadi kita merasa masker itu cocok atau tidak pada diri kita.

Mereka menyebut, penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa masker yang tidak cocok dapat membuat sebanyak 50 persen partikel di udara akibat proses menghirup napas kita, bisa masuk dan lolos dengan mudah. Tentu, akan mudah bagi virus untuk masuk ke dalam sistem pernapasan.

Baca Juga: LIPI Tawarkan Solusi untuk Masalah Limbah Masker Sekali Pakai

Lantas, masker apa yang cocok, dan haruskah kita menggunakannya dua lapis?

“Saya rasa masker yang terbaik mungkin yang benar-benar Anda mau pakai,” kata Vance. "Dan itu harusnya pas di wajah Anda tanpa merasa tidak terlalu nyaman."

Vance menjelaskan, penelitian ini bukan yang pertama kalinya untuk mengetahui masker mana yang lebih baik untuk menangkal virus. Hasilnya, masker kain memberikan perlindungan yang lebih sedikit dibandingkan masker bedah, atau penggunaan dua lapis antara masker bedah bersama masker kain.

Makalah yang dikerjakan Vance dan tim menemukan, masker bedah dapat menyaring 42-88 persen partikel kecil, sedangkan kombinasinya dengan masker kain dapat efisien menyaring hampir 40 persen.

Efisiensi tinggi adalah masker KN95 dan N95 yang memiliki performa penyaringan 83-99 persen partikel kecil.

Baca Juga: WHO: Perlu Masker Kain Tiga Lapis untuk Menghalau Virus Corona

Masker kain dapat menyaring hingga 23 persen dari ukuran partikel yang berukuran 2,3 mikron yang dapat membuat virus masuk.

Sedangkan kain bandana yang biasanya menjadi masker alternatif pengendara motor besar, hanya menyaring sembilan persen saja. Lebih sedikit dari masker kain biasa yang banyak dijajakan di masa pagebluk ini.

Meski masker kain memberikan perlindungan lebih sedikit daripada kombinasi dengan masker sekali pakai, yang terpenting adalah kenyamanan, keterjangkauan, dan tujuan penggunaan oleh pemakai, papar Vanes.

Sehingga, perlu bijak untuk memilih masker yang cocok, agar tidak menimbulkan pembuangan masker yang sia-sia, apabila menggunakan yang sekali pakai.

Baca Juga: Tim MIT dan Harvard Ciptakan Masker yang Bisa Deteksi Infeksi COVID-19