Kabut Asap Riau Meluas hingga Harimau Keluar Habitat

By , Kamis, 27 Februari 2014 | 15:28 WIB
()

Harun, Kepala Trantip Kecamatan Medang Kampar, Kota Dumai, mendadak mendatangi Kantor Polres Dumai, Selasa siang kemarin (25/2). Ia datang sendirian dan terlihat tergesa-gesa untuk memberikan laporan tentang kebakaran hutan dan lahan di daerahnya yang dalam sepekan terakhir tidak kunjung padam malah semakin luas.

Di Medang Kampai, tempatnya bertugas, titik api semakin mengganas. Sekitar 109 jiwa warganya sudah mulai mengungsi ke rumah keluarga lainnya. Data titik api di Kota Dumai kemarin dilaporkan mencapai 16 kejadian.

Di daerah yang berbatasan dengan Kabupaten Bengkalis itu kebakaran hutan setidaknya mencapai 600 hektare dengan rincian 200 hektare di Dusun Bukit Subuh dan 400 hektare di Bukit Lengkung, Kecamatan Bukit Batu, Bengkalis. Ini belum termasuk kebakaran skala kecil di bawah 2 hektare. Selain itu sepetak rumah juga hangus terbakar rambatan api gambut.

Analisis spasial titik api di Provinsi Riau minggu kedua Februari 2014/Greenpeace

Bahkan Senin malam ia menerima kabar di daerah Barak Aceh, Desa Selingsing, Bengkalis, bahwa warga telah melihat jejak harimau di sekitar hutan yang terbakar.

“Sekarang dah mulai nampak jejak beliau (harimau Sumatra) tu. Ini buat kita makin takut. Makanya sekarang kami nak lapor minta bantuan ke kepolisian agar ada yang standby di sana,” katanya.

Frustrasi yang sama juga disampaikan pejabat di kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis saat dihubungi Mongabay kemarin. Kebakaran gambut hebat sejak sepekan terakhir di Dusun Bukit Lengkung, Desa Tanjung Leban telah menyebabkan satu madrasah dengan tiga ruangan dan 4 unit rumah warga terbakar.

Selain itu sekitar 35 kepala keluarga dengan jumlah 122 jiwa telah mengungsi ke rumah sanak saudaranya sejak minggu lalu. Dari jumlah itu terdapat balita 20 jiwa, anak-anak 27 jiwa dan orang dewasa 65 jiwa.

“Sementara ini belum ada pemadaman dari provinsi. Yang ada Satpol PP, Damkar kecamatan.  Hujan belum turun. Titik api bukannya berkurang, malah bertambah,” kata pejabat yang tidak mau disebutkan namanya itu.

Kefrustrasian pemerintah di tingkat desa dan kecamatan dikarenakan tidak tampaknya bantuan pemadaman dari pemerintah provinsi atau satuan badan penanggulangan bencana nasional. Sementara jumlah warga yang mengungsi semakin bertambah. Penanganan kabut asap kali ini dirasakan berbeda dengan apa yang dilakukan pada bencana kebakaran hutan pertengahan tahun lalu.

Gubernur Riau, Annas Maamun, menyatakan ini adalah kejadian luar biasa dan status tanggap darurat bencana asap. Dan hari ini Ia akan mengirim surat untuk minta bantuan pemerintah pusat.

“Riau sudah masuk dalam kejadian luar biasa dan menetapkan status tanggap darurat karena 7 kabupaten-kota sudah menyatakannya dan besok kita kirim surat ke pusat untuk minta bantuan. Dana yang 10 miliar sudah itu sudah bisa digunakan,” ujar Annas Maamun di Pekanbaru (25/2), seperti dilaporkan ANTARA.

Tanggap darurat ini ditetapkan Gubernur Riau setelah mendapat laporan jatuhnya korban 22.301 orang terserang infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan kabut asap yang telah berlangsung sejak bulan lalu. Termasuk setelah beberapa pekan lamanya murid kelas satu hingga kelas tiga sekolah dasar diliburkan di sejumlah kabupaten/kota.

Kian tebal