Dalam dunia penerbangan, faktor-faktor yang sering disebut sebagai penyebab kecelakaan adalah cuaca buruk, kerusakan sistem pesawat seperti mesin, atau kesalahan pilot. Dalam perkembangan terakhir, kondisi manajemen maskapai juga mulai sering dimasukkan sebagai faktor tambahan.
Dalam hal pesawat Malaysia, teori yang disebut Reuters/New Strait Times adalah mulai dari stall (kehilangan ketinggian) secara mendadak, kejadian mendadak di dalam pesawat yang menyebabkan kelumpuhan listrik total, hingga jenis yang (penyebabnya) masih sulit dimengerti.
Pesawat Boeing yang berumur 11 tahun ini hilang kontak dengan petugas pengendali lalu lintas penerbangan 50 menit setelah lepas landas pada pukul 00.40, atau sekitar 222,24 kilometer dari kota Bharu, yang ada di pantai timur Malaysia. Situs pelacak penerbangan flightware.com memperlihatkan pesawat terbang ke arah timur laut dan menanjak ke ketinggian 35.000 kaki.
Dengan kondisi pada ketinggian jelajah, yang dianggap tahap paling aman dalam penerbangan, dugaan yang dikemukakan sejumlah pilot dan ahli penerbangan seperti Richard Quest di atas adalah adanya ledakan di pesawat sebagai penyebab terjadinya musibah.
Seorang mantan pilot Malaysian Airlines, seperti dikutip Reuters/New Straits Times, mengatakan, penyebab hilangnya pesawat adalah bisa ledakan, serangan petir, atau dekompresi berat. Ia menambahkan, Boeing 777 masih bisa terbang setelah kena serangan petir, atau dekompresi berat, tapi kalau ledakan, tamat sudah.
Namun, belajar dari pengalaman yang diperoleh dari kecelakaan pesawat AF 447, di mana kotak hitam baru ditemukan dua tahun setelah musibah, dan hasil penyelidikan diperoleh setahun kemudian, spekulasi terlalu dini tidak selamanya berdasar. Semula kecelakaan diduga akibat serangan badai, tetapi penyelidik menemukan es yang merusakkan pembacaan sensor kecepatan pada pesawat meskipun seiring dengan itu ditemukan adanya kesalahan pilot.
Pada era terorisme, teori ini juga muncul dalam hilangnya pesawat Malaysia. Seperti banyak disiarkan media kemarin (antara lain Malaysia Chronicle, 8/3/2014), ada salah satu penumpang pesawat MH370 yang bepergian dengan paspor curian. Nama Luigi Maraldi (37) yang muncul di manifes penumpang pesawat yang hilang ternyata dalam keadaan baik-baik saja di Thailand. Ia pada Agustus tahun lalu melaporkan kepada pihak berwenang di Italia bahwa ia telah kehilangan paspor.
Bagi keluarga para penumpang dan awak, tentu berita pasti yang lebih diharapkan. Inilah yang kini tampaknya dipacu oleh tim SAR Malaysia dan sejumlah negara lain yang bekerja sama untuk menemukan pesawat yang hilang. Pesawat Angkatan Udara Malaysia bisa dikerahkan untuk pencarian pada malam hari karena dilengkapi dengan peralatan penglihat malam.
Penerbangan, di balik kemajuan yang telah dicapai dari sisi teknologi, masih menyisakan hal yang misterius, dengan adanya interaksi pelbagai faktor yang disebut di atas. Namun, dengan segala tantangan yang dihadapi, penerbangan telah menjadi pilar peradaban modern, dengan dukungan industri yang bersifat all out sebagaimana dapat disaksikan dalam pameran kedirgantaraan dunia, dan serunya persaingan di antara pabrikan pesawat dan maskapai penerbangan.