Apa yang Anda lakukan setelah menghabiskan susu dari kotaknya? Hampir semua orang membuang kotak susu bekas karena menganggapnya sebagai sampah.
Bila di mata kita, kotak susu tidak ada harganya, tidak demikian dengan Pimpi Syarley Naomi. Lewat tangan kreatifnya, kotak susu bekas disulap menjadi berbagai macam produk kerajinan bernilai jual tinggi.
Lulusan Fakultas Seni Rupa dari Institut Kesenian Jakarta ini memang sudah menyukai hal-hal berbau seni sejak kecil. Setelah menamatkan kuliah, Pimpi sempat bekerja sebagai tim artistik di salah satu rumah produksi.
Namun, tekadnya untuk menjadi wirausahawan membuat ia berhenti kerja pada 2011. Kebetulan saat itu ia sudah merintis bisnis kerajinan tangan sejak tahun 2009 melalui brand Sawo Kecik di Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat.
Tapi saat itu kebanyakan produknya terbuat dari bahan baku katun dan flannel. Lantas pada 2011, ia mulai mendaur ulang kotak susu bekas menjadi produk kerajinan.
Aktivitas ini berawal dari keresahannya melihat ketidakpedulian masyarakat terhadap masalah sampah. "Karena itu, saya ingin berbuat sesuatu daripada hanya mengeluh tentang masalah sampah yang tidak kunjung usai," kata dia.
Lantaran jago dalam membuat kerajinan, Pimpi pun memutuskan untuk mendaur ulang sesuatu. Kotak susu bekas dipilih menjadi bahan baku sebab keluarganya memang sering mengonsumsi susu.
Waktu itu belum ada yang membuat produk kerajinan dari kotak susu bekas. "Memang banyak yang bilang Sawo Kecik sebagai pionir dalam bisnis ini," tutur Pimpi.
Kotak susu bekas kemudian diolah Pimpi dan tiga orang karyawannya menjadi dompet, tempat pensil, notebook, dan kotak kaca mata. Berbagai produk itu ia banderol seharga Rp 35.000 – Rp 150.000 per item.
Selama tiga bulan pertama, Pimpi mendapatkan kotak susu bekas dari salah satu kafe dekat rumahnya. Ia meminta izin pada manajer kafe untuk mengumpulkan kotak susu bekas pemakaian di kafe itu. Selanjutnya, nama Sawo Kecik mulai dikenal oleh masyarakat.
Pimpi pun mendapat hibah kotak susu bekas dari pembeli atau tetangganya. Kotak susu yang dipakai ialah bekas kotak susu 1,5 liter. Pimpi bilang, sebulan ia bisa menghabiskan 200 kotak susu bekas. Untuk membuat satu produk, ia perlu satu hingga tiga kotak susu.
Sebelum dibuat menjadi kerajinan, kotak susu itu dibersihkan dan dikeringkan. Lalu, ia membelah kotak susu bekas hingga jadi lembaran karton. Dari situ ia membuat pola sesuai dengan produk yang ingin dibuat.
Dalam sehari, Pimpi bisa membuat tiga hingga lima produk kerajinan dari kotak susu bekas. Sementara, penjualannya dalam sehari mencapai 100 item. Jadi, dari bisnis ini ia bisa mengantongi omzet Rp 12 juta per bulan.
Untuk memasarkan produknya, Pimpi menggunakan media sosial yakni Facebook. Kini konsumennya tersebar mulai dari Aceh sampai Papua. Mayoritas konsumennya perempuan. "Mereka banyak beli dompet," ujarnya.
Tiap bulan ia mengumumkan "panen" untuk para calon pembeli. Panen ialah istilah yang ia pakai untuk memberitahu stok kerajinan yang sudah dikerjakan. Selain itu, ia juga kerap menjual produk Sawo Kecik pada saat craft day atau pameran.
Perempuan kelahiran Surabaya, 7 September 1984 ini berencana ekspansi dengan mendaur ulang plastik. "Sekarang lagi coba-coba produk seperti apa yang menarik dan keren dibuat dari berbagai macam jenis plastik, tapi belum ketemu yang cocok," tukasnya.
Pimpi mengaku, hampir tidak ada kendala selama menekuni usaha ini. Kendalanya hanya pada cuaca: saat hujan ia sulit mengeringkan kotak susu.