Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jawa Barat menargetkan perubahan DAS Citarum yang kini dikenal sebagai sungai terkotor dan tercemar di dunia menjadi sungai yang bersih pada tahun 2018. Perubahan akan dilakukan melalui gerakan Citarum Bersih, Sehat, Lestari dan Indah (Citarum Bestari).
"Kita ketahui, Sungai Citarum pada tahun 2013 berpredikat sungai tercemar sedunia. Kita akan terus upayakan untuk perbaikan DAS Citarum ini supaya airnya menjadi bersih. Di 2018 nanti, kita berharap air Sungai Citarum dapat langsung diminum," kata Kepala BPLHD Jawa Barat Anang Sudarna, Rabu, (19/3).
Anang mengatakan, gerakan Citarum Bestari ini dibagi 4 segmen. Segmen pertama, katanya, membereskan fokus permasalahan pada Kilometer 0-20. Segmen kedua pada Kilometer 21-40, segmen ketiga pada Kilometer 41-60, dan segmen keempat pada Kilometer 61-77.
Pada Kilometer 0-20, aliran air sungai didominasi oleh permukiman yang kebanyakan penduduknya bermata pencaharian sebagai peternak sapi. Permasalahannya, kandang sapi ini ada di pinggir sungai sehingga peternak langsung membuang limbah kotoran sapi itu ke sungai.
Ia juga mengatakan, di bantaran sungai pada rentang kilometer ini terdapat ribuan hektar lahan pertanian. Para petani sayur ini menggunakan pupuk kimia secara berlebihan. Pada saat hujan, pupuk kimia terbuang dan mengotori sungai.
"Segmen pertama akan kita kerjakan tahun ini, yang difokuskan pada septic tank komunal, pengelolaan sampah, dan pengelolaan limbah kotoran ternak (sapi) menjadi biogas," kata Anang.
Pada segmen berikutnya, menurut Anang, ada banyak permukiman, puluhan pabrik yang membuang limbah langsung ke sungai, dan lainnya. BPLHD Jabar menargetkan bahwa program setiap segmen akan selesai dalam satu tahun.
"Setiap segmen, kita targetkan selesai dalam satu tahun. Ini kan ada empat segmen, berarti empat tahun. Andaikan saja, target empat tahun ini bisa menjadikan Citarum bersih, menurut saya itu sudah sangat hebat dan luar biasa sukses," katanya.
Dana Rp 80 miliar
Mengenai anggaran, Anang mengatakan, setiap segmen diperkirakan memakan anggaran sekitar Rp 20 miliar. Artinya, pengerjaan semua segmen akan menghabiskan dana sebesar Rp 80 miliar.
"Untuk sekarang, dana kita baru tersedia Rp 60 miliar. Untuk segmen pertama, kita anggarkan Rp 20 miliar," kata Anang.
Saat ini, Anang melanjutkan, anggaran masih terbilang minim. Kendati demikian, Anang mengatakan, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan akan menambah dan meningkatkan anggaran tersebut pada APBD perubahan.