Ini yang membuat memori manusia di masa balita selalu terkait dengan emosi. Keputusan anak-anak pun diambil berdasarkan rasa nikmat atau nyaman, bukan putusan rasional.
Meski demikian, korteks prefrontal yang berkembang seumur hidup itu bisa berkembang baik jika seseorang diajar berpikir baik. Jika tidak, muncullah seseorang yang fisiknya dewasa, tetapi berpikirnya seperti anak-anak.
Bagus menambahkan, pula di bagian ini, visi pemimpin dibangun, menggambarkan sasaran masa depan yang belum ada saat ini.
Ketika visi itu disampaikan kepada masyarakat, rakyat tersadar bahwa mereka memiliki kekuatan dan bisa mewujudkan mimpi itu bersama-sama.
“Inilah pemimpin yang inspiratif, pemimpin visioner yang mampu mentransformasikan cita-cita bangsa sekaligus menggerakkan rakyat untuk mencapainya,” ujarnya.
Dalam sejarah Indonesia, kemampuan ini dimiliki proklamator Soekarno-Mohammad Hatta dan sejumlah bapak bangsa lain. Mereka tak hanya mampu menghasilkan karya-karya pemikiran besar bagi bangsa, seperti Pancasila dan Pembukaan UUD 1945, tetapi juga mampu menggerakkan rakyat.
Karakter inilah yang tidak dimiliki pemimpin saat ini. Bahkan sekadar menghargai hasil pemikiran bapak bangsa yang menjadi dasar-dasar kepemimpinan bangsa pun susah.
Pemeriksaan otak calon pemimpin
Pentingnya peran otak sebagai pusat pengambilan keputusan membuat pemeriksaan otak calon pemimpin perlu dilakukan. metode ini banyak diterapkan negara maju, tetapi belum jamak di Indonesia. Syarat kesehatan calon pemimpin Indonesia baru dilihat dari aspek fisik semata, belum melibatkan aspek psikologi dan neurosains.
Menurut Taruna, dengan mengecek otak, potensi lahirnya pemimpin dengan orientasi harta, kuasa atau lainnya bisa dideteksi. Kemungkinan adanya kerusakan struktur otak akibat genetik atau penyakit kronis tertentu serta adanya gangguan kesehatan mental tertentu dalam tingkat paling rendah pun bisa diketahui.
Pendeteksian tipologi otak calon pemimpin untuk melihat orientasinya itu bisa dilakukan dengan menggunakan electroencephalogram (EEG) atau magnetic resonance imaging (MRI).
EEG adalah teknik pembacaan sinyal di otak. Teknik yang relatif lebih murah dibanding MRI ini bisa mendeteksi tingkat ketidaknormalan sinyal otak, termasuk potensi depresinya. MRI bisa digunakan untuk mendeteksi dinamika otak, seseorang hingga mengetahui struktur bagian otak mana yang bermasalah.
Gangguan struktur otak itu akan memengaruhi kemampuan berpikir pemimpin hingga berdampak besar pada keputusan yang diambil. “Otak yang tak sehat hanya melahirkan kebijakan yang tidak sehat,” ujar Taruna.