Inilah Alasan Babi Menjadi Hewan Penting dalam Riset Kedokteran

By , Sabtu, 10 Mei 2014 | 14:40 WIB

Dunia kedokteran terus mengembangkan diri untuk mencari cara menyelamatkan jutaan nyawa manusia. Upaya mereka antara lain didukung oleh hewan seperti babi.

Para ilmuwan dari National Institute of Health bulan lalu mengumumkan, mereka sukses melakukan cangkok jantung ke babon yang secara genetik direkayasa dari babi.

Kemudian ilmuwan gen, Craig Venter, bermitra dengan United Therapeutics Corp untuk mengembangkan paru babi yang cocok dengan tubuh manusia.

Namun sebenarnya, babi memiliki peran lebih dari sekadar sumber donor organ. Selama lebih dari 30 tahun, para ilmuwan telah menggunakan babi dalam berbagai bidang kedokteran, termasuk dermatologi, kardiologi (jantung), dan masih banyak lagi.

Baru-baru ini para ilmuwan bahkan mampu menumbuhkan kembali otot kaki manusia menggunakan implan yang dibuat dari jaringan kandung kemih babi.

Lantas, apa yang membuat hewan ini begitu bernilai dalam riset kedokteran? Babi dan manusia memang banyak perbedaan. Keduanya hanya berbagi tiga klasifikasi ilmiah, dan tentu saja tidak ada kemiripannya dari luar.

Meski demikian, sistem biologi babi sebenarnya sangat mirip dengan manusia.

"Mereka punya sejumlah kesamaan anatomi dan fisiologi dengan manusia walau sistemnya berbeda. Babi merupakan model riset translasi. Oleh karenanya, apa yang bekerja pada babi, besar kemungkinannya akan bekerja juga pada manusia," kata dr Michael Swindle, penulis buku Swine in the Laboratory.

Swindle menjelaskan, mayoritas organ sistem babi punya kesamaan hingga 90 persen jika dibandingan dengan sistem pada manusia, baik dalam hal anatomi maupun fungsi.

Sistem yang cocok antara lain sistem kardiovaskular karena ukuran dan bentuk jantung babi sama dengan milik manusia. Babi juga bisa mengalami aterosklerosis atau penumpukan lemak pada pembuluh darah, sama seperti halnya manusia. Mereka juga bisa mengalami reaksi serangan jantung.

Karena kesamaannya inilah para ilmuwan sejak lama menggunakan babi untuk menguji alat kateter dan metode operasi jantung. Babi juga dipakai untuk memahami bagaimana kerja jantung secara umum.

Jaringan yang diambil dari jantung babi juga sudah dipakai untuk menggantikan katup jantung yang rusak pada manusia. Katup jantung ini bisa bertahan sampai 15 tahun dalam tubuh manusia.

Selain kesamaan jantung dan pembuluh darah, karakteristik lain yang hampir mirip antara manusia dan babi adalah, keduanya mengonsumsi tanaman dan juga daging.

"Babi merupakan hewan omnivora seperti kita. Mereka bisa makan dan minum apa saja. Karena inilah, fisiologi pencernaan dan proses metabolik dalam lever mereka sama seperti pada manusia. Babi sudah dipakai dalam banyak studi seputar pola makan, termasuk soal penyerapan obat," kata Swindle.

Organ ginjal

Kesamaan dengan manusia tidak berhenti sampai di sini. Ukuran ginjal babi dan fungsinya ternyata tak jauh berbeda dengan ginjal kita. Maka jadilah babi menjadi bagian dari riset tentang ginjal. Selain itu, babi juga sudah menjadi model standar operasi plastik karena proses penyembuhan kulit mereka lagi-lagi mirip dengan kulit manusia.

Ada pula hal lainnya. Para penderita diabetes yang menggunakan suntikan insulin harian juga bergantung pada insulin dari babi. Namun, ini hanya berlangsung sampai tahun 1980 karena setelah itu perusahaan farmasi mulai membuat insulin biosintetis menggunakan teknologi DNA.

Pankreas babi yang menghasilkan insulin memang sama dengan manusia sehingga berbagai riset mengenai diabetes sejak dulu memakai isolasi sel ini.

Para ilmuwan tak mengetahui mengapa organ dan sistem anatomi babi begitu mirip dengan manusia. Swindle menduga bahwa jutaan tahun lalu mungkin kemiripannya lebih banyak lagi, tetapi proses evolusi membuat hewan ini berkembang secara berbeda.

"Saya pribadi percaya, babi adalah omnivora sejati sehingga metabolisme dan hormon mereka membuat banyak kesamaan dengan karateristik pada manusia," katanya.

Mengingat begitu banyaknya kesamaan dalam sistem organ dan makin tingginya kebutuhan donor organ, babi kini menjadi target sebagai sumber organ jantung dan paru bagi manusia.

Walau beberapa primata seperti babon dan simpanse lebih mirip dengan manusia, babi lebih menarik sebagai pilihan donor organ karena jumlah mereka lebih banyak.

"Sebagai sumber organ, jika kita memilih spesies lain, maka harus jumlah yang tersedia harus banyak dan secara etik diterima," kata dr Soon Park, ketua divisi bedah jantung dari University Hospital Case Medical Center.

"Jika babon memang lebih dekat kemiripannya dengan manusia dibanding babi, ada sejumlah masalah etik dan moral sehingga babon tidak bisa dipakai. Selain itu, hewan ini sulit berkembang biak menjadi banyak," katanya.

Mencangkokkan organ babi pada manusia, proses yang disebut dengan xenotransplantasi, tidaklah mudah karena sistem kekebalan tubuh manusia akan menolak. Namun, dengan kesuksesan para ilmuwan mendonorkan jantung babi ke primata, babi sekali lagi dilirik sebagai sumber donor yang mudah didapat.