Oase untuk Penggila Sushi dan Sashimi

By , Rabu, 21 Mei 2014 | 10:00 WIB
()

”Kita berlatih menggunakan pisau dengan mengiris-iris lobak ini,” kata seorang asisten Hosoya sambil tekun mencincang lobak.Mengolah ikan beracun

Tantangan lain yang menggoda adalah menikmati fugu (Takifugu), ikan beracun fatal tetrodotoxin yang lebih mematikan dari sianida. Di Jepang, hanya chef bersertifikat saja yang diperbolehkan mengolah fugu.

Sang chef harus mengusai keterampilan tingkat tinggi sehingga daging fugu tak terkontaminasi racun. Namun, kini di Jepang sudah ada pembudidayaan fugu bebas racun seperti di Prefektur Oita.

Di Sushi Masa, fugu yang disajikan tidak berupa sashimi, tetapi digoreng tepung alias fugu karaage. Tak ada salahnya mencicipinya sekalipun misi utama bersantap adalah sushi dan sashimi. Rasa fugu goreng ini mengingatkan pada rasa ikan kudu-kudu (Ostraction sp) goreng dari Makassar, Sulawesi Selatan. Serat dagingnya kesat dan gurih.

Seusai bersantap, tersisa satu pertanyaan. Mengapa restoran yang seserius ini harus mengucilkan diri di ujung utara Jakarta? Dengan rendah hati, Hosoya berkata, lokasi terkucil adalah tantangan tersendiri baginya.

Dengan berada di lokasi yang jauh dari keramaian urban serta gersang, Hosoya ingin menguji dirinya sendiri, apakah keterampilannya menyajikan sushi dan sashimi bisa membuat orang akan tetap datang ke Sushi Masa. Nyatanya, ia ”lulus” ujian itu. Sushi Masa kian ramai sekalipun jam buka relatif singkat, yakni pukul 11.30-14.00 dan 18.00-22.00. Sementara hari Senin, restoran ini tutup.

Lokasi Sushi Masa terbilang tak lazim untuk restoran Jepang yang tergolong serius, tetapi dengan harga menu cukup terjangkau. Berada di areal Pelabuhan Perikanan Samudra Nizam Zachman, Perusahaan Umum (Perum) Perikanan Indonesia. Untuk memasuki areal ini dari Jalan Muara Baru Raya, kita perlu melewati gerbang dan membayar retribusi Rp1.400.

Setelah memasuki areal tadi, carilah gedung bernomor lima di Jalan Tuna Raya. Nah, sampailah Anda di oase buat penggila sushi dan sashimi ini.