"Jujur saja, kami jelas tertarik pada inti sel yang menjadi fosil karena di sinilah sebagian besar DNA seharusnya jika DNA diawetkan," kata Alida Bailleul.
Tahun lalu, Bailleul menerbitkan studi lain yang melaporkan pelestarian inti sel dan biomolekul luar biasa dalam sel tulang rawan dinosaurus dari Montana, Amerika Serikat. "Jadi, kami memiliki data awal yang baik, data yang sangat menarik, tetapi kami baru mulai memahami biokimia seluler pada fosil yang sangat tua pada titik ini, kita perlu bekerja lebih banyak,” jelasnya.
Baca Juga: Empat Dinosaurus Ditemukan di Montana, Salah Satunya Mirip Burung Unta
Dalam kumpulan DNA purba, metode sekuensing digunakan untuk mengonfirmasi apakah DNA purba terawetkan dalam fosil. Sejauh ini, metode ini hanya berhasil untuk fosil muda (tidak jauh lebih tua dari sekitar satu juta tahun). Tapi tidak pernah berhasil untuk spesimen dinosaurus. Dinosaurus dianggap terlalu tua untuk mempertahankan DNA apa pun. Namun, data kimia yang dikumpulkan oleh para ilmuwan dari IVPP dan STM menunjukkan sebaliknya.
Tim bersikeras bahwa mereka perlu melakukan lebih banyak analisis dan bahkan mengembangkan metode baru untuk memahami proses yang memungkinkan pelestarian biomolekul dalam sel dinosaurus. Hal itu karena tidak ada yang pernah berhasil mengurutkan DNA dinosaurus apa pun hingga saat ini.
Baca Juga: Gembala Sapi Temukan 'Dinosaurus Bercangkang' Berusia 20.000 Tahun