Gas Rumah Kaca Sebagai Bahan Bakar untuk Kepulangan Misi Mars

By Wawan Setiawan, Minggu, 26 September 2021 | 19:00 WIB
Masalah serius yang dihadapi oleh manusia yang mendarat di Mars adalah memperoleh bahan bakar untuk pulang ke Bumi. Eksperimen terbaru ini mungkin menjadi jalan keluarnya. (bigthink.com)

Sebuah studi yang dilakukan oleh para insinyur di Universitas Cincinnati ini telah diterbitkan dalam jurnal Nature Communications pada 6 September 2021 berjudul Regulation of functional groups on graphene quantum dots directs selective CO2 to CH4 conversion.

Studi ini meyakinkan kepada para ilmuwan bahwa karbon dioksida ternyata dapat diubah menjadi bahan bakar. Selain cara ini bisa membantu mengatasi pemanasan global karena efek gas rumah kaca, juga dapat dimanfaatkan dalam membuat bahan bakar di Mars kelak.

Atmosfer Mars terutama terdiri atas karbon dioksida. Oleh karena itu, cara ini bisa saja diterapkan di Mars. Teknik ini dapat menghemat setengah bahan bakar yang dibutuhkan astronaut untuk perjalanan pulang.

Baca Juga: Studi Terbaru Ungkap Ukuran Planet Jadi Alasan Mars Tidak Layak Huni

Asisten profesor teknik kimia UC Jingjie Wu, kiri dan mahasiswa doktoral Tianyu Zhang sedang bereksperimen dengan berbagai katalis untuk mengubah karbon dioksida menjadi bahan bakar yang dapat disimpan untuk mengatasi perubahan iklim. (Andrew Higley/UC Creative+Brand)

Dilansir dari Tech Explorist, Jingjie Wu dari UC College of Engineering and Applied Science, mengatakan, “Ini seperti sebuah pompa bensin di Mars. Anda dapat dengan mudah memompa karbon dioksida melalui reaktor ini dan menghasilkan metana untuk roket.”

Ia juga manambahkan, “Saya menyadari bahwa gas rumah kaca akan menjadi masalah besar di masyarakat. Banyak negara menyadari bahwa karbon dioksida adalah masalah besar bagi pembangunan berkelanjutan masyarakat kita. Itu sebabnya saya pikir kita perlu mencapai netralitas karbon.”

Dalam studi ini, tim peneliti menggunakan reaktor untuk mengubah karbon dioksida menjadi metana. Sama halnya dengan Stasiun Luar Angkasa Internasional yang menggunakan proses reaksi Sabatier untuk menyerap karbon dioksida dari udara astronaut dan menghasilkan bahan bakar roket untuk menjaga stasiun di orbit tinggi. Selain itu, tim peneliti juga mencari berbagai katalis lainnya yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil metana.