Paviliun Indonesia Hadir di Taste of Amsterdam

By , Senin, 26 Mei 2014 | 13:00 WIB
()

Taste of Amsterdam adalah acara tahunan berupa festival kuliner yang berlangsung di Amstelpark Amsterdam. Ruang terbuka ini merupakan pusat destinasi turis asing, kelompok urban, termasuk wilayah berpenduduk terpadat di Belanda. 

Festival kuliner yang dihadiri oleh pelaku bisnis makanan, restoran, distributor, peralatan, ahli kuliner, media  terkemuka di Belanda dan pencinta kuliner dari berbagai negara ini dilakukan untuk memperkenalkan menu kuliner yang unik dengan kreasi baru, teknik pemrosesan makanan, serta penyajian menu yang kreatif.

Acara yang mampu menarik 10.000 lebih pengunjung setiap harinya ini hanya dilakukan setahun sekali, selama 4 hari berturut-turut yang dimulai pada hari Kamis hingga minggu yang biasanya dilakukan pada bulan Mei. Untuk tahun ini, Taste of Amsterdam berlangsung pada tanggal 15-18 Mei 2014.

Selama 6 tahun berturut-turut penyelenggaraan Taste of Amsterdam, acara ini telah dihadiri rata-rata tidak kurang dari 50 ribu pengunjung dengan dominasi pengunjung kelompok usia relatif muda yaitu 25-35 tahun dengan latar belakang pengusaha, sektor swasta, pemerhati makanan dan masyarakat umum, dimana selebihnya adalah kelompok pecinta kuliner dari berbagai negara dan Belanda sendiri.

Keterlibatan Indonesia

 KBRI Den Haag untuk pertama kali pada tahun 2014 memanfaatkan festival ini untuk mempromosikan secara khusus produk “light meals” beberapa macam makanan dan jenis minuman yang digelar di Paviliun Indonesia dengan luas 80 meter persegi.

Tema yang diangkat kali ini adalah “Taste and Visit Indonesia”  yaitu menggabungkan antara promosi kuliner dengan ajakan untuk kunjungan wisata. Setidaknya setelah mencicipi kuliner Indonesia, kalangan muda Belanda dapat mengikuti generasi sebelumnya untuk secara teratur berkunjung ke Indonesia.

Segmen masyarakat muda diharapkan tidak hanya untuk menikmati keindahan alam atau bernostalgia, tetapi yang terpenting menikmati produk-produk serta memanfaatkan jasa kreatif Indonesia yang dihasilkan kalangan masyarakat seusianya.

Tidak kurang berbagai macam jenis produk kuliner dan minuman khas Indonesia, yang belum begitu  dikenal masyarakat Belanda akan dipresentasikan secara kreatif oleh Chef Genthur Respati, Eduard Roesdi, Agus Hermawan, culinary instructor Renske Walsarie Wolff, Renu Lubis, master carving Didi Han beserta timnya, dan penulis sendiri sebagai pemerhati dan penulis kuliner.  

Para chef dan pemerhati kuliner Indonesia yang terlibat di paviliun Indonesia, tergolong berusia muda dan menaruh perhatian yang besar terhadap pentingnya penyajian kuliner yang kreatif, menjaga cita rasa yang otentik Indonesia dan menyajikan kuliner Indonesia yang sesuai dengan tren pasar. Selain itu juga melakukan pemrosesan kuliner yang sehat dan sesuai standar makanan di Eropa.

Menu kuliner Indonesia yang dipresentasikan sebagian besar mengandalkan bahan non-gandum, seperti ketela, ubi, ketan, dengan bumbu alami, khas Indonesia tanpa menggunakan bahan pengawet dan pewarna kimia.  Melalui pengenalan makanan tersebut, masyarakat Belanda diharapkan dapat memiliki lebih banyak pilihan kuliner dengan cita rasa dan aroma masing-masing,  disamping menu yang selama ini telah dikenal di Belanda.

Memperhatikan tema event yang mengutamakan produk kuliner yang unik dan kreasi baru maupun segmen pengunjung yang umumnya masyarakat Belanda usia muda, Indonesia memanfaatkan kesempatan ini untuk memperkenalkan kuliner Indonesia yang belum dikonsumsi secara luas oleh masyarakat Belanda.

Melalui tema “Taste and Visit Indonesia”, KBRI Den Haag bersama para chef Indonesia dan tim ingin membangun citra kuliner Indonesia yang baru terutama kepada kalangan muda atau masyarakat Belanda pada umumnya, bahwa bahan penyajian berbagai macam kuliner Indonesia tidak hanya berupa Nasi Goreng, Sate, Kerupuk, Sayur Lodeh dengan penyajian tradisional.

Partisipasi KBRI Den Haag dalam event ini pada hakikatnya juga untuk mengantisipasi dan menanggapi realita masyarakat dalam memenuhi seleranya, yang demikian beragam, berubah dari waktu ke waktu. Dengan demikian, kuliner Indonesia akan tetap menjadi pilihan utama bagi masyarakat Belanda.

Melalui Paviliun Indonesia pada event ini, KBRI Den Haag ingin memperkuat pemahaman tentang bahan dan jenis makanan Indonesia dengan kreasi dan penyajian baru. Jadi kuliner bukan lagi sekadar untuk dikonsumsi, tetapi juga mengandung esensi, kreasi dan cita rasa yang erat serta sesuai dengan perkembangan pasar.

Melalui tema “Taste and Visit Indonesia”, KBRI Den Haag bersama para chef Indonesia dan tim ingin membangun citra baru kuliner Indonesia (Foto: DETTY JANSSEN)

Di bagian lain, event ini menjadi penting terutama bagi penguatan daya saing produk kuliner Indonesia di Belanda.  Hal ini mengingat kuatnya penetrasi produk kuliner dari Asia maupun negara Eropa lainnya yang saat di Belanda melalui penyajian produk yang atraktif, bervariasi, artistik dalam penyajian serta dengan cita rasa yang sesuai dengan perkembangan.

Menu “light meals” yang disajikan Taste of Amsterdam adalah geplak, tiwul, semprong, kembang goyang, kue kaca mata, tape ketan, cantik manis, lapis beras, kelepon ubi ungu, kolak ubi pisang, colenak, bubur sumsum, martabak manis dan martabak telor, kue singkong, kue pepe, kue putu hingga bubur ketan hitam dan bubur kacang hijau. 

Sementara untuk minuman khas Indonesia terdapat bir pletok, wedang ronde, pandan shake, dan signature drink yang dinamakan Bali Breeze dengan penggunaan nanas sebagai bahan utama.

Di samping menu kuliner dan jenis minuman yang ditampilkan ini, para chef Indonesia juga akan mendemostrasikan secara langsung di dalam dapur paviliun Indonesia yakni makanan khas Indonesia yang dinilai mudah untuk langsung dipraktekkan oleh masyarakat Belanda yaitu sate lilit, martabak telor, tahu telor, nasi goreng kampung, iga bakar, dadar isi, jukut (sayur) urap dan masih banyak lagi.

Untuk memberikan kesempatan para pengunjung mencicipi secara langsung, beberapa jenis makanan pun telah disiapkan di antaranya martabak, asinan jakarta, ayam bumbu rujak, pandan shake, nagasari singkong, colenak, nasi kebuli, nasi goreng kampung dan tentunya bir pletok yang disajikan dingin.

Dari jenis makanan dan minuman yang dipilih, dapat dilihat makanan tersebut bersifat sangat tradisional Indonesia dan amat jarang ditemui di Belanda, tetapi dari kreasi penyajiannya disajikan secara modern sehingga mungkin bagi orang Indonesia sendiri  yang sudah lama tinggal di luar negeri juga akan tidak mudah mengenali makanan tersebut.

Masyarakat Belanda, khususnya kalangan muda perlu mengunjungi pavilion Indonesia, karena event ini merupakan kesempatan paling bagus untuk mengenal, mencicipi dan melihat secara langsung pemrosesan kuliner Indonesia dengan kreasi, presentasi baru.  Disamping itu, kuliner tersebut sebagian besar  berbahan non-gandum, dan merupakan hasil karya chef muda Indonesia yang sudah memiki reputasi dan pengalaman internasional.

Kuliner Indonesia yang diolah dari bahan dasar alamiah dan bumbu yang berasal hanya dari wilayah Indonesia. Sehingga kuliner Indonesia memilliki cita rasa dan aroma (flavor) yang sangat khas. Bayangkan aroma kayu manis, buah pala, vanilla, pandan, santan, parutan dan air kelapa, sereh, gula jawa, merica, asam jawa dan masih banyak lagi yang  semuanya sangat Indonesia dan merupakan produk alami.

Hanya makanan Indonesia yang mempunyai keragaman aroma dan citarasa sehingga masyarakat Belanda akan sedemikian leluasa memiliki pilihan menu kuliner sesuai selera dan keinginannya.  Bandingkan dengan produk makanan Asia Timur dan Tenggara lainnya, yang relatif memiliki kemiripan aroma dan cita rasanya. Kuliner Indonesia juga memberikan kombinasi rasa manis, pedas, asin, asam, gurih yang alami dan sedemikian kuat.