Wajah dan suasana Kota Bogor berbeda menjelang hari jadi ke-532 pada, Selasa (3/6) besok. Perbedaan yang sangat terlihat meski sederhana, adalah warga yang mau diajak memungut sampah di Ciliwung, Sabtu (31/5), dan kegiatan serupa di sejumlah jalan, Minggu (1/6) kemarin.
Ya, hasilnya, -untuk sementara, Kota Bogor lumayan bersih dari ceceran sampah. Sabtu itu diadakan Lomba Mulung Sampah Ciliwung yang diadakan oleh Komunitas Peduli Ciliwung (KPC). Lomba ini tahunan yang pada 2014 merupakan kegiatan ke-6 sekaligus kegiatan ke-2 peringatan hari jadi.
Peserta lomba adalah 2.081 orang terdiri atas anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua. Mereka ialah warga 13 kelurahan di bantaran Ciliwung yakni Katulampa, Tajur, Sindang Rasa, Sukasari, Babakan Pasar, Baranangsiang, Sempur, Bantarjati, Kedung Badak, Cibuluh, Kedung Halang, Sukaresmi, dan Tanah Sareal.
Tepat pukul 08.00, warga memulai memungut sampah. Kegiatan berlangsung hingga pukul 11.00. Warga berkelompok didampingi panitia dan tim juri. Warga membawa karung-karung yang dibagikan oleh panitia untuk tempat sampah hasil pungutan.
Nantinya, karung akan dicatat, ditimbang, dan dilaporkan. Dari pendataan panitia, 2.081 warga yang ikut lomba berhasil mengumpulkan 2.089 karung ukuran 25 kilogram dan penuh berisi sampah.
Artinya, satu warga mampu memungut sampah rata-rata sebanyak satu karung. Sehari itu, Ciliwung lumayan bersih dari sampah-sampah yang tersangkut di antara bebatuan atau berserakan di bantaran.
Dalam lomba ini, panitia menerapkan kriteria karung penuh berisi sampah yang berhasil dikumpulkan, keterwakilan warga, dan inisiatif warga. Dari sanalah kemudian panitia memutuskan menetapkan Tanah Sareal sebagai pemenang.
Ada 598 warga Tanah Sareal yang ikut lomba dan berhasil mengumpulkan 270 karung penuh berisi sampah. Tanah Sareal dinilai unggul dalam keterwakilan dan inisiatif, sehingga berhak menerima Piala Bergilir Ciliwung Bersih dari Wali Kota Bogor dan uang tunai.
Gerak Jalan Minggu itu sebanyak 300 siswa mengikuti jalan sehat yang diselenggarakan oleh Pramuka Kwartir Cabang Kota Bogor. Mereka memulai dari sekretariat di Jalan Papandayan.
Selanjutnya, mereka berjalan ke Sempur Kaler, Pabaton Indah, Bantarjati Kaum, Jalan Gunung Gede, dan kembali ke sekretariat. Yang menarik, selama jalan sehat, para siswa diminta memungut sampah-sampah yang ada.
Para siswa dibekali dengan karung. Di sekretariat, karung-karung penuh berisi sampah itu dikumpulkan dan akan dibuang oleh petugas Pemerintah Kota Bogor.
Dalam jalan sehat itu, peserta juga dibolehkan jika ingin memotret diri dan suasana. Kebetulan, di rute yang dilintasi terdapat beberapa bangunan tua peninggalan masa kolonial. Di beberapa jalan yang dilintasi juga rindang oleh pohon besar, sehingga menarik untuk pemotretan.
Konsisten