Visi Misi Capres tentang Lingkungan Jadi Sorotan

By , Rabu, 18 Juni 2014 | 19:52 WIB

Meski tak banyak diperbincangkan, visi misi terkait lingkungan dan hak asasi manusia yang diusung oleh calon presiden menjadi salah satu sorotan. Visi misi capres tentang lingkungan dan hak asasi manusia dinilai penting karena berperan dalam pembangunan ekonomi.

Sebagai contoh, akibat kesalahan pengelolaan hutan, kebakaran hutan selalu terjadi di Riau. Dalam dua bulan kebakaran, kerugian mencapai Rp 10 triliun. Visi misi lingkungan juga terkait dengan beragam isu global dan target-target yang telah disusun oleh Indonesia.

Sebagai contoh, Indonesia punya komitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26 persen. Indonesia juga berkomitmen pada pengembangan energi terbarukan.

Bagaimana sebenarnya visi misi lingkungan dan hak asasi manusia calon presiden kita? Siapa yang lebih unggul bila dilihat dari draf visi misi?

Sandra Moniaga dari Komnas HAM menilai bahwa pasangan Jokowi-Jk lebih unggul dalam memaparkan visi misi terkait lingkungan dan HAM.

"Prabowo-Hatta tidak merinci permasalahan, sangat umum," katanya dalam seminar "Memilih Presiden yang Pro Kelestarian Hutan dan HAM" di Jakarta, Rabu (18/6).

Sementara itu, Sandra menilai Jokowi-JK cukup detail dalam merinci masalah. Jokowi-JK mengakui adanya pembiaran pada masalah HAM dan kegagalan dalam mengelola keberagaman.

Soal konflik agraria, Sandra menilai Jokowi-JK juga punya kelebihan sebab menjelaskan cara penyelesaian konflik. Prabowo-Hatta hanya menyebutkan perlunya reformasi agraria. Demikian pula masalah hak masyarakat adat. Jokowi-JK menjelaskan dengan rinci sementara Prabowo-Hatta sama sekali tidak membahasnya.

Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, Abetnego Tarigan pun mengatakan, Jokowi memang lebih baik kalau dilihat dari drafnya. Menurut Abetnego, visi misi yang Jokowi-JK mencerminkan adanya kemauan menyelesaikan masalah dan pembaharuan.

"Tidak banyak perubahan pada visi misi Prabowo Hatta. Seperti pembukaan 2 juta hektare sawah, itu dari zaman pak Harto terbukti gagal," katanya. Abetnego menuturkan, megraproyek seperti dalam visi misi Prabowo-Hatta belum punya cerita sukses di Indonesia.

Pasangan Prabowo dan Hatta dalam naskah visi misinya menyinggung beberapa hal terkait lingkungan, di antaranya merencanakan reformasi pengelolaan sumber daya alam dan industri.

Tujuan dari reformasi adalah meningkatkan nilai tambah produk batubara, mineral, produk hutan dan laut. Hal lain adalah melanjutkan renegosiasi kontrak-kontrak pertambangan yang belum berkeadilan dan memprioritaskan kontrak-kontrak yang  telah berakhir untuk entitas bisnis nasional.

Dalam soal pangan, Prabowo dan Hatta akan mencetak 2 juta hektare lahan baru yang bisa meningkatkan produksi pangan dan mempekerjakan 12 juta orang.

Pasangan capres dan cawapres nomor satu itu juga berkomitmen mengembangkan energi panas bumi. Namun, keduanya masih akan membangun kilang-kilang minyak baru.

Sementara itu, pasangan Jokowi dan JK menyatakan berkomitmen memperkuat ekonomi maritim dengan rehabilitasi kerusakan lingkungan pesisir dan laut serta memberantas illegal fishing.

Jokowi-JK juga berkomitmen memperkuat sektor kehutanan dengan menyelesaikan masalah tumpang tindih perizinan, penegakan hukum terhadap pelaku penebangan liar.

Pasangan capres dan cawapres nomor dua itu juga akan membangun tata ruang dan lingkungan yang berkelanjutan, diantaranya dengan pembangunan pusat-pusat ekonomi baru.

Secara khusus, Jokowi-JK juga berkomitmen untuk meperjuangkan hak masyarakat adat yang selama ini menjadi korban pelanggaran HAM akibat hak atas tanahnya kerap dirampas.