Pengaruh Macet Terhadap Denyut Jantung Kita

By , Senin, 4 Agustus 2014 | 18:45 WIB

Ada beberapa cara yang disarankan oleh Dr Amidi untuk menghindari stres saat berkendara.

1. Pahami masalahnya. Jika Anda tahu rute yang hendak dilalui akan penuh dengan kendaraan, usahakan untuk berangkat lebih awal. Lebih baik bangun sedikit lebih pagi dan mendapat lalu-lintas lancar ketimbang lama di jalan akibat macet. Selain itu, usah segan untuk mencari rute lain yang lebih lancar. Tak masalah sedikit jauh asalkan tak kena macet.

2. Jangan hadapi dengan emosi. Pahami dalam pikiran Anda bahwa tak ada yang bisa dilakukan selain mengikuti antrean. Semakin cepat Anda menyadarinya semakin cepat pula tubuh Anda menerimanya. Pikiran pun secara alami akan terhindar dari sifat agresif seperti menyerobot kendaraan lain atau emosi ketika mobil Anda disalip.

3. Bangun situasi yang nyaman. Jadikan mobil Anda sebagai 'rumah kedua'. Pastikan kabin selalu bersih dan setel musik-musik favorit. Undang mood ceria selama perjalanan.

Indikasi Pengaruh Macet

Untuk membuktikan seberapa besar pengaruh kemacetan terhadap tingkat stres, kami pun melakukan percobaan pada pengemudi yang rutin melewati rute macet. Waktu pun sengaja dipilih pada jam berangkat dan pulang kerja dan di hari kerja.

Karena stres juga bisa ditandai dari cepatnya detak jantung (heart rate), maka faktor itu kami jadikan tolok ukur apakah sang pengemudi sudah menyentuh titik stres.

Subyek adalah Fany Irawan Putri, perempuan karir berumur 30 tahun. Kami menggunakan alat bantu yang dapat mengukur HR secara aktual maupun rata-rata. Pengetesan dilakukan selama seminggu dan mencatat kondisikondisi apa saja yang terjadi dalam pengetesan itu.

Dr D. Amidi berpesan, denyut jantung manusia normal ada di rentang 60-100 bpm (beats per minute). Lebih dari 100 bpm wajar jika sedang berolahraga. Tapi jika sedang berkendara, itu tanda bahwa seseorang mulai merasa tidak nyaman atau bahkan stres.

Dari hasil pengambilan data, terlihat bahwa hampir semua rute diwarnai kemacetan. Dalam kondisi yang membuat tidak rileks, seperti terlambat atau lapar, detak jantung tercepat (peak) bisa melampaui 110 bpm.

Sementara ketika keadaan lalu lintas relatif normal, atau tidak terburu-buru, denyut jantung tercepat tidak sampai 110 bpm. Pun begitu dengan denyut rata-rata di kondisi itu yang tidak sampai 90 bpm.