Para ilmuwan juga mempresentasikan burung kakaktua dengan eksperimen tambahan yaitu mencampur objek nyata dan virtual satu sama lain.
Ini menegaskan temuan tim bukan karena penjelasan yang lebih sederhana, seperti memilih kotak berisi bola yang paling dekat dengannya, dan bahwa burung-burung itu tidak menunjukkan preferensi antara objek nyata dan virtual ketika mereka dibandingkan secara langsung satu sama lain.
Baca Juga: Alat Baru Ini Bisa Deteksi Kakaktua yang Dijual dari Tangkapan Liar
Hasilnya berbeda dengan penelitian baru-baru ini, yang menemukan bayi manusia berusia 19 bulan tidak menunjukan bahwa dunia nyata dan dunia virtual untuk berkesinambungan dan juga mereka tidak mengharapkan jungkat-jungkit virtual sama dengan yang ada di dunia nyata.
Tidak seperti bayi berusia 19 bulan atau lebih, Kakaktua kea mengharapkan peristiwa virtual setara dan berkelanjutan dengan yang ada di dunia nyata.
“Studi kami memvalidasi penggunaan realitas virtual dan tugas yang memadukan dunia nyata dan virtual cukup berguna dengan spesies ini. Dengan potensi berimplikasi pada spesies burung lainnya,” kata Dr. Bastos.
“Namun, pekerjaan lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah Kakaktua kea dengan pengalaman virtual yang luas mungkin mulai memisahkan dunia nyata dan virtual, dan jenis pengalaman apa yang mungkin menggeser pemahaman mereka tentang dunia virtual agar bisa lebih sama dengan bayi manusia.”
“Melatih burung untuk mengoperasikan layar sentuh merupakan tantangan yang menarik,” tambah Dr. Patrick Wood, juga dari School of Psychology di University of Auckland, dan rekan-rekannya.
“Paruh burung beo sangat mirip dengan kuku Anda: ia tidak akan mengaktifkan layar sentuh. Jadi, kami harus mengajari mereka menjilat layar dengan lidah mereka. Begitu mereka memperoleh keterampilan ini, mereka dengan cepat memperoleh kepercayaan diri menggunakan layar sentuh dan mereka tampaknya benar-benar menikmatinya juga.”