Ledakan Populasi Bayi di Masa Lalu Menjadi Isyarat Masa Depan

By , Jumat, 4 Juli 2014 | 12:25 WIB

Setelah meneliti ribuan barang peninggalan penduduk asli Amerika dan perkakas mereka yang dikumpulkan dari wilayah Four Corners (tempat Arizona, New Mexico, Colorado dan Utah bertemu), para peneliti menggambarkan bagaimana beberapa masyarakat berevolusi dari pemburu menjadi petani.

Transisi ini, menurut para peneliti, menyebabkan tingkat kelahiran paling tinggi di dunia saat ini.

"Ini adalah langkah pertama perangkap peradaban yang kita lihat sekarang," ujar Tim Kohler, seorang ahli anthropologi di Washington State University dan penulis penelitian ledakan bayi, dalam sebuah pernyataan.

Beberapa kelompok di wilayah tersebut sebenarnya sangat maju secara budaya, dengan irigasi lapangan bola dan perumahan untuk keluarga elit, ungkap para peneliti.

Tapi kesuksesan tersebut adalah sebuah "perangkap."

Di wilayah utara Four Corners, populasi meningkat sampai 40.000 di pertengahan tahun 1200an. Tapi dalam periode 30 tahun, "tempat itu kosong, dan meninggalkan misteri."

Jagung adalah alasan ledakan bayi.

Peneliti menunjukkan bahwa jagung telah ditanam di wilayah tersebut sejak 2000 B.C., tapi awalnya mempunyai dampak terbatas terhadap pertumbuhan penduduk.

Namun pada tahun 400 B.C., jagung memberikan sebesar 80 persen kalori di wilayah tersebut, menurut para peneliti.

Hal ini menyebabkan peningkatan tingkat kelahiran yang terus bertahan sampai tahun 500 A.D., tapi tingkatnya berbeda-beda di wilayah yang berbeda.

Empat ratus tahun kemudian, populasi masih tinggi, tapi tingkat kelahiran mulai berfluktuasi.

Kekeringan besar melanda di pertengahan tahun 1000an sampai 1280 menyebabkan para petani pergi dan konflik bermunculan. Tapi tingkat kelahiran tetap tinggi di bagian utara wilayah tersebut.

"Tingkat kelahiran tidak menurun," ujar Kohler. "Tingkat kelahiran semakin tinggi sampai pada depopulasi. Kenapa tidak membatasi pertumbuhan? Mungkin beberapa kelompok harus tetap besar untuk melindungi desa-desa dan lahan-lahan mereka."