Dinamika Masyarakat Kita dalam Pesta Demokrasi

By , Rabu, 9 Juli 2014 | 09:03 WIB

Pemilu Presiden 2014 menunjukkan ada dinamika berbeda di tengah masyarakat merespons pesta demokrasi lima tahunan ini. Salah satunya di media sosial. Dinamika di dunia maya dinilai memiliki peran strategis dalam pemilu kali ini.

Tak hanya untuk kampanye, media sosial juga digunakan sebagai media untuk memengaruhi masyarakat sebelum menentukan pilihannya di bilik suara pada 9 Juli. Pilpres kali ini diikuti oleh dua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yaitu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Masing-masing pasangan memiliki tim media yang bertugas tak hanya mengkoordinir media yang akan melakukan peliputan, tetapi juga membangun opini publik melalui dunia maya, baik melalui Facebook, Twitter, mau pun Path. Ketiga media sosial ini cukup ramai dengan perbincangan seputar pilpres beberapa bulan belakangan ini.

Saling caci dan menjatuhkan terlihat dari masing-masing pendukung. Tak jarang pula kampanye hitam dilancarkan. Namun yang paling sering adalah komentar yang berisi tanggapan negatif atas pernyataan masing-masing kandidat seusai mengikuti debat kandidat yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) setiap minggunya.

Tak hanya perang kata-kata, media sosial juga digunakan sebagai ajang penyaluran 'kreatifitas' masing-masing pendukung. Beragam meme berseliweran, terutama plesetan dari 'I Stand on the Right Number 2', yang kerap digunakan pendukung pasangan nomor urut dua.

"Orang-orang berubah menjadi kreatif. Gambar meme yang ramai di medsos di-download terus dipasang jadi BB (Blackberry) display picture," kata Tri Nugraha, warga Palembang, Selasa (8/7).

Pria yang akrab disapa Nunu itu mengaku antusias dengan pilpres kali ini. Ia mengaku menikmati berbagai informasi baik pribadi mau pun visi misi masing-masing pasangan sebagai bahan pertimbangan sebelum memutuskan pilihan.

Hal senada juga disampaikan Muhammad Iqbal, warga bilangan Demang Lebar Daun, Palembang. Ia mengatakan bahwa internet dan media sosial sangat membantu masyarakat dalam mencari visi misi pasangan yang dianggap baik. Namun, ia menyayangkan, fungsi media sosial yang berubah. Menurut dia, media sosial seharusnya dapat menjadi tempat untuk kampanye positif dan perang gagasan. Kenyataannya, media sosial justru dijadikan tempat untuk kampanye negatif yang justru membuat eskalasi politik semakin memanas.

"Kalau gue melihat sekarang masyarakat itu semakin kritis ya. Akses informasi segalanya lewat internet. Tapi sayang, kampanye hitam di media sosial terlalu masif," ujarnya.

Sementara itu, menurut Muhammad Reza, rekan Iqbal, meski kampanye hitam marak, hal tersebut tidak akan mengurangi antusiasme masyarakat untuk menyalurkan hak suaranya. Ia optimistis, jumlah pemilih yang akan menggunakan hak pilihnya lebih tinggi dibandingkan Pemilu Legislatif 2014 lalu.

Dukung sampai akhir

Meski bertebaran dengan kampanye negatif, hal positif juga dilakukan tim kampanye masing-masing pasangan. Disela-sela kampanye terbuka yang dilaksanakan masing-masing kandidat, mereka tetap menyuarakan visi misi yang akan dilaksanakan jika terpilih sebagai pemenang Pilpres 2014. Adu gagasan juga dilakukan mereka ketika debat kandidat KPU.

Visi misi yang disampaikan masing-masing kandidat tersebut tentu saja membawa secercah harapan bagi masyarakat yang menginginkan perubahan dan perbaikan bagi negeri ini. Iqbal mengatakan, siapa pun nantinya pasangan yang terpilih, mereka harus melaksanakan janji-janji kampanyenya selama ini. Jangan sampai masyarakat justru kecewa lantaran janji mereka hanya isapan jempol semata.