Upaya Menampilkan Kembali Sosok Soekarno

By , Rabu, 9 Juli 2014 | 10:02 WIB

Hari ini, para pemilih akan menentukan siapa yang akan menjadi Presiden- Wakil Presiden Indonesia 2014-2018. Apakah Prabowo Subianto-Hatta Rajasa atau Joko Widodo-Jusuf Kalla? Kedua pasangan telah berusaha menampilkan perbedaan masing-masing. Namun, keduanya sama-sama "menghidupkan" kembali sosok proklamator Soekarno.

Upaya menampilkan kembali sosok Soekarno itu antara lain dikemukakan Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Jurnal Prisma Daniel Dhakidae dalam pidato kebudayaannya di Taman Ismail Marzuki Jakarta, Minggu (6/7).

Sebagian isi pidato yang juga dikutip Kompas cetak edisi Senin (7/7) di halaman 12 itu berjudul "Membulatkan Lingkaran Kekuasaan: Perjalanan dari Negara Kuat ke Masyarakat Kuat, Godaan dan Konsekuensi kembali ke Negara Kuat".

Dalam pidato setebal 21 halaman, pada halaman 2-3, Daniel menyebut belum pernah simbol Soekarno dipakai oleh dua kubu sekaligus yang bersaing dalam pemilihan umum di Indonesia seperti sekarang ini, seolah-olah siapa yang paling dekat Soekarno memiliki privilese untuk memimpin bangsa ini. Kedekatan dengan Soekarno seolah-olah menjadi legitimasi politik yang "benar".

"Bahasa tubuh Soekarnois dengan pakaian seragam mengingatkan kita pada seragam republiken yang selalu dibanggakan Soekarno," demikian tulis Daniel.

Daniel tidak menyebut secara eksplisit pasangan calon presiden-calon wakil presiden (capres-cawapres) yang dimaksudkan. Namun, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa (Prabowo-Hatta) adalah yang mengenakan seragam putih krem, lengkap dengan peci, dan emblem garuda merah di dada kanan. Pasangan itu yang menyimbolisasi diri dengan seragam Soekarno. Bahkan, peci yang sering dipakai Soekarno secara khusus dijadikan materi iklan kampanye Prabowo-Hatta di stasiun televisi TVOne.

Ideologi

"Adapun pasangan lain mengambil inti-inti terjemahan nasionalisme Soekarno. Ideologi trisula—suatu nama dengan konotasi religius tinggi, suatu simbol Dewa Siwa—untuk memastikan kedaulatan, sovereignty, martabat, dignity, dan karakter suatu bangsa," demikian tulis Daniel tentang pasangan lain.

Dalam penjelasan Daniel, ideologi itu diwujudkan dalam ajaran Trisakti.

Meski Daniel tidak menyebut nama pasangan capres-cawapres yang dimaksud, Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK), dalam visi, misi, dan program, sudah menggunakan ajaran Trisakti Soekarno sebagai dasar pijakannya.

Ajaran Trisakti Soekarno itu berbunyi, "berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan". Jokowi-JK memaparkan ajaran Trisakti Soekarno itu dalam 41 halaman visi, misi, dan program aksi Jokowi-JK.

Bagaimana Daniel memaknai fenomena ini? "...yang kita saksikan sekarang adalah suatu gejala yang sangat menarik perhatian, yaitu adanya kerinduan akan suatu negara kuat yang mungkin secara diam-diam akan dijadikan panglima untuk menghidupkan kembali rasa kebangsaan baru abad ke-21 ini. Semuanya diturunkan ke tubuh dan dinaikkan menjadi suatu logos dan cita-cita dalam suatu bangunan 'somatiko-ideologis'," demikian tulis Daniel.

Secara kasatmata, Prabowo-Hatta lebih menggunakan simbol atau tanda—bagian dari ilmu semiotika dalam studi kebudayaan—untuk mengasosiasikan diri dengan Soekarno.