Siapa Pun Pemimpinnya, Hubungan Antara Indonesia dan Australia Tetap Pelik

By , Kamis, 10 Juli 2014 | 09:40 WIB

Sejumlah pengamat memperingatkan hubungan Indonesia dengan Australia tampaknya akan semakin sulit karena kedua kandidat presiden lebih nasionalis dibanding Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Pemilihan presiden di Indonesia pada hari ini terjadi saat Pemerintah Australia belum menyelesaikan masalahnya dengan Pemerintah Indonesia terkait masalah pencari suaka dan pengembalian perahu yang menuju Australia.

Para pengamat politik memperingatkan bahwa hubungan dengan Australia tampaknya akan semakin sulit karena kedua kandidat lebih nasionalis dibanding SBY.

Dekan Fakultas Ilmu Politik Universitas Pelita Harapan Aleksius Jemadu mengatakan, para pemilih mempertimbangkan dua karakter yang berbeda dari kedua calon.

"Lihat bagaimana Joko Widodo melakukan kampanyenya. Dia menunjukkan dirinya sebagai pemimpin yang rendah hati dan berorientasi terhadap rakyat," katanya.

Namun, ada kesan bahwa rakyat Indonesia menginginkan adanya pemimpin yang tegas setelah kepemimpinan SBY.

"Program kampanye Prabowo, penekanannya pada sosok pemimpin bangsa yang kuat. Karena itu, dia menekankan pada semangat nasionalisme pada kampanye dan juga kebijakan politik luar negerinya," ujarnya.

Sementara itu, Greg Fealy dari Australian National University mengatakan, siapa pun yang menang, hubungan Indonesia dengan Australia akan semakin rumit.

"Saya pikir Pemerintah Australia perlu memikirkan ulang pendekatannya karena ada kemungkinan bahwa presiden yang baru akan semakin enggan memaafkan Australia," ujarnya.

Kedua calon presiden, katanya, sangatlah nasionalis dan tampaknya akan mempersulit Australia jika kita bertindak secara sepihak dalam mengambil keputusan.

"(Joko Widodo) orangnya lebih stabil dan dia lebih pragmatis dan lebih terukur dalam pendekatannya untuk menyelesaikan masalah kebijakan. Prabowo Subianto lebih sulit untuk ditebak karena perilakunya yang berubah-ubah dan dia sangat temperamental," tambahnya.

Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan mengakhiri dua periode pemerintahannya pada bulan Oktober. Dia merupakan presiden pertama Indonesia yang dipilih secara langsung oleh rakyat.

Pemilu hari ini adalah sebuah tantangan besar dengan 185 juta pemilih yang tersebar di 6.000 pulau di seluruh Indonesia.