Catatan Musibah Udara yang Paling Fatal

By , Jumat, 18 Juli 2014 | 00:19 WIB

6 Agustus 1997: Penerbangan 801 dari Seoul, Korea Selatan sudah hampir tiba di Guam saat pesawat itu jatuh ke sebuah hutan. Pesawat Boeing 747 itu hancur menewaskan 228 orang sementara 26 orang lainnya selamat.

26 Agustus 1997: Airbus A300 milik Garuda Indonesia penerbangan 152 jatuh di Buah Nabar, menewaskan 234 orang. Tiga tahun kemudian KNKT menyatakan kecelakaan disebabkan hubungan pendek listrik yang memicu ledakan di tangki bahan bakar.

16 Februari 1998: Setelah terbang melewati hujan dan kabut, kru China Airlines dari Indonesia menuju Taiwan meminta pengulangan upaya pendaratan di Bandara Internasional Taipei. Saat memutar, pesawat itu jatuh di permukiman warga menewaskan 196 penumpang dan tujuh orang di warga setempat.

12 September 1998: Sebuah pesawat MD-11 milik Swissair berangkat dari New York menuju Geneva,Swiss. Namun, pesawat itu jatuh di Nova Scotia, Kanada. Seluruh 229 penumpang dan awaknya tewas. Penyidik meyakini pesawat itu kehilangan seluruh daya listriknya beberapa saat sebelum jatuh.

12 November 2001: Beberapa pekan setelah tragedi 11 September, American Airlines penerbangan 587 jatuh di Belle Harbor, Queens, menewaskan 260 penumpang dan lima orang di darat. NTSB memastikan pesawat itu jatuh bukan karena sabotase.

25 Mei 2002: 20 menit setelah tinggal landas, Boeing 747 milik China Airlines penerbangan 611 jatuh ke Selat Taiwan dan mengakibatkan 225 penumpang dan awak tewas. Hasil penyelidikan menunjukkan kecelakaan itu disebabkan kerusakan logam dan retakan di tubuh pesawat nahas itu.

1 Juni 2009: Air France penerbangan 447 sedang dalam perjalanan dari Rio de Janeiro, Brasil menuju Paris saat pesawat berpenumpang 228 orang iotu hilang di atas Samudera Atlantik.

Setelah pencarian selama lima hari, jasad pertama ditemukan sejauh 960 kilometer dari pesisir utara Brasil.

Dua tahun kemudian, pemerintah Perancis menyebut kecelakaan itu disebabkan malfungsi peralatan dan sistem penerbangan.