Pesta demokrasi di Indonesia sudah usai. Komisi Pemilihan Umum akan mengumumkan hasil pemilihan presiden sesuai jadwal, Selasa (22/7). Setelah kampanye yang menguras energi, kini saatnya rakyat Indonesia bersatu kembali membangun negeri.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono merekatkan kembali dua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang berkompetisi dalam pemilihan presiden. Di Istana Negara, mereka duduk satu meja dalam acara buka puasa bersama, Minggu (20/7).
Sejak kampanye pemilihan presiden, rakyat Indonesia terbelah. Ingar-bingar pilpres ini betul-betul menguras emosi, pikiran, dan tenaga. Tiba-tiba banyak orang merasa perlu turun tangan, membantu capresnya. Mulai dari politisi, akademisi, seniman dan artis, sampai rakyat biasa. Mereka menjadi relawan dalam berbagai bidang, termasuk mengikuti perbincangan di media sosial Facebook dan Twitter.
Tiada hari tanpa posting yang berkaitan dengan pilpres di Facebook. Tiada hari tanpa hashtag (#) atau tagar tentang pilpres atau capres-cawapres di Twitter. Saling berdebat di media sosial. Lima acara debat capres-cawapres menjadi acara yang paling ditunggu-tunggu. Semua menyimak, semua memberikan komentar dan penilaian atas penampilan capres-cawapres. Rakyat Indonesia mengikuti proses demokrasi dengan saksama.
Namun, kini semuanya sudah usai. Dalam setiap kompetisi pasti ada yang kalah dan yang menang. Semua peserta pilpres harus siap kalah dan siap menang. Peserta yang mengakui kekalahannya memiliki sikap ksatria dan jiwa besar. Sebaliknya, peserta yang menang tetap rendah hati dan tidak sombong. Itulah makna sebuah kompetisi dalam bidang apa pun, termasuk pemilihan umum presiden.
Hari Senin ini, hampir semua media di Indonesia memberitakan kemenangan pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla berdasarkan hasil rekapitulasi nasional suara pemilihan umum Presiden dari 33 provinsi di seluruh Indonesia dan luar negeri yang dikerjakan Komisi Pemilihan Umum.
Harian Kompas misalnya menyebutkan, pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla meraih suara 53,15 persen (70.633.576 pemilih), unggul sekitar 6 persen (8 jutaan) dari pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang meraih suara 46,85 persen (62.262.844 pemilih). Angka ini memang belum final, tetapi kalaupun ada perubahan persentasenya tak banyak berubah.
Jutaan relawan pendukung Jokowi-Jusuf Kalla tetap mengawal suara pemilu di KPU. Beberapa di antaranya adalah upaya sekelompok anak muda yang kuliah di Singapura dan Amerika Serikat. Mereka membuat situs kawalpemilu.org. Semua data di situs itu berasal dari pindaian formulir C1 yang dipublikasikan KPU dan didigitisasi dengan bantuan relawan netizen yang independen. Lewat situs ini, semua orang dapat mengikuti perkembangan terakhir hasil pilpres.
Aman dan damai
Kemenangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla sudah di depan mata. Namun, Jokowi mengimbau para relawan, kader, dan simpatisannya untuk tidak turun ke jalan pada Selasa besok agar tercipta situasi aman dan damai. Jokowi menginginkan para pendukungnya memantau melalui televisi dan bekerja seperti biasa.
Ucapan selamat untuk Jokowi-Kalla mulai mengalir. Politisi muda Partai Amanat Nasional, Hanafi Rais yang juga putra Amien Rais, dalam keterangan tertulisnya yang dikirimkan ke sejumlah media massa menyampaikan selamat kepada pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang akan memegang tampuk kepemimpinan nasional dalam lima tahun mendatang.
Amien Rais sendiri melalui pesan singkat di BlackBerry Messenger dan WhatsApp juga mengakui kemenangan Jokowi-Jusuf Kalla dalam Pilpres 2014.
Mahfud MD, ketua tim sukses pemenangan Prabowo-Hatta, dalam video Metro TV yang beredar di Youtube berpendapat, tidak ada gunanya melaksanakan pemungutan suara ulang. Mahfud juga menegaskan, tidak ada gunanya pengumuman pemenang pilpres ditunda.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Irman Gusman meminta pasangan capres-cawapres untuk menerima apa pun keputusan KPU. Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi menegaskan, tidak ada penundaan pengumuman hasil pilpres. KPU tetap akan mengumumkan hasilnya pada 22 Juli.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika mempertemukan dua pasangan capres-cawapres di Istana Negara mengingatkan arti penting silaturahim yang dapat menghilangkan prasangka buruk. Presiden meminta kedua pasang capres-cawapres betul-betul menjaga pilpres tetap teduh, demokratis, dan tidak sampai memicu perpecahan bangsa.
Rakyat memberikan apresiasi terhadap sikap Presiden Yudhoyono, yang berharap negeri ini tetap damai dan aman pasca pilpres. Pengalaman bangsa lain seperti Mesir dan Suriah merupakan contoh konkret bagaimana perpecahan bangsa menyebabkan rakyat sengsara. Indonesia tak boleh masuk ke jurang prahara itu.
Setelah terbelah, sudah saatnya rakyat Indonesia bersatu kembali, membangun negeri ini bersama-sama. Mewujudkan Indonesia yang lebih baik, lebih sejahtera, dan bebas dari praktik korupsi. Publikasi McKinsey Global Institute yang dirilis tahun 2012 menyebutkan, perekonomian Indonesia sangat menjanjikan. Pada 2030, Indonesia berpeluang besar berada dalam tujuh besar dunia, dan pada saat itu jumlah kelas menengah mencapai 135 juta orang.
Publik percaya Joko Widodo dan Jusuf Kalla akan membawa Indonesia berjaya di tingkat dunia. Profesionalisme pegawai negeri sipil ditingkatkan, gaji dan kesejahteraan anggota TNI dan Polri dinaikkan. Kesejahteraan desa ditingkatkan. Angka kemiskinan dan pengangguran ditekan. Petani diberdayakan. UMKM, koperasi, industri kreatif, dan digital diperkuat. Kesehatan dan pendidikan rakyat dijamin.
Mari bersatu kembali membangun negeri. Selamat datang presiden dan wakil presiden baru.