Aksi Menelan Pedang: Seni Kuno Berusia Ribuan Tahun yang Jadi Populer

By Utomo Priyambodo, Rabu, 6 Oktober 2021 | 13:00 WIB
Ada banyak risiko kesehatan di balik aksi menelan pedang, termasuk risiko kematian. (Victoria Pickering/Flickr)

 

Nationalgeographic.co.id—Aksi remaja menghadang sebuah truk yang melintas di jalan bukanlah satu-satunya atraksi aneh yang sebenarnya ditujukan untuk membuat konten menghibur. Sepanjang sejarah manusia, kita tampaknya telah melakukan hampir semua hal untuk menghibur diri kita sendiri.

Beberapa bentuk hiburan itu memang cukup aneh. Hiburan ekstrem itu mungkin bisa benar-benar sukses seperti serial Jackass. Namun, beberapa aksi berbahaya itu bisa benar-benar mencelakakan para pemainnya sendiri.

Salah satu atraksi berbahaya yang terus bertahan sejak ribuan tahun lalu adalah aksi menelan pedang. Faktanya, bahkan hingga hari ini, orang-orang masih melakukannya sebagai hiburan. Artinya, bukti daya tariknya yang bertahan lama.

Menelan pedang tentu saja tidak melibatkan adegan menelan pedang secara harfiah. Ini adalah seni pertunjukan di mana pemain melewati pedang melalui mulut mereka, melalui pembukaan kerongkongan, dan ke dalam perut mereka.

Tindakan tersebut hanya dapat dilakukan dengan aman setelah seseorang berlatih bertahun-tahun dari pemain yang memang profesional. Meski begitu, selalu ada kemungkinan cedera bagi siapa saja yang mempraktikkan metode menelan pedang ini.

Dikutip dari Ancient Origins, praktik menelan pedang telah berkembang selama ribuan tahun. Mungkin karena akar yang panjang inilah praktik itu bertahan dan disebarluaskan ke berbagai budaya di sepanjang sejarah manusia.

Banyak catatan sejarah mengklaim bahwa praktik menelan pedang dimulai di India ribuan tahun yang lalu. Faktanya, banyak yang percaya bahwa praktik tersebut berasal dari 2.000 Sebelum Masehi atau 4.000 tahun lalu. Menelan pedang membutuhkan tingkat disiplin serta kontrol fisik dan mental yang tinggi.

Baca Juga: Seorang Pemburu Harta Karun Menemukan Piramida Pedang Abad Pertengahan

Ilustrasi aksi menelan pedang. (Nathan Rupert/Flickr)

Dalam bentuknya yang paling awal, menelan pedang dipraktikkan dan disempurnakan oleh para pertapa India yang dikenal sebagai fakir dan sadhus. Orang-orang suci ini melakukan berbagai jenis yoga dan berlatih menelan pedang sebagai bentuk penebusan dosa.

Kemudahan seorang sadhu menelan pedang menunjukkan kedekatannya dengan Kekuatan Ilahi dan membuktikan kepercayaan mistiknya. Ini hanyalah salah satu dari berbagai tindakan berbahaya yang dilakukan untuk tujuan penebusan dosa oleh sadhu India dan murid-murid mereka. Beberdapa tindakan berbahaya mereka lainnya adalah menawan ular, berjalan di tempat tidur paku, dan berjalan di atas api.

Aksi menelan pedang tidak tinggal terbatas pada anak benua India. Karena India memiliki jalur perdagangan dengan Tiongkok dan Jepang, seni itu kemudian menyebar ke budaya-budaya Asia Timur tersebut. Perdagangan dari India juga menyebarkan seni menelan pedang ke Yunani dan Roma, sampai semua peradaban kuno memiliki beberapa bentuk praktik menelan pedang.

Baca Juga: Kutukan Pedang Samurai Muramasa: Menakutkan Sekaligus Dipuja

Menariknya, seiring dengan penyebaran seni menelan pedang dari India ke bagian-bagian lain di dunia, suku asli Amerika Utara juga secara mandiri mengembangkan bentuk seni menelan pedang mereka sendiri.

Namun, peradaban ini mempraktikkan menelan panah atau tongkat, alih-alih pedang. Para dukun dan prajurit asli Amerika mempraktikkan ini untuk menunjukkan kemampuan fisik dan mental mereka yang unggul. Sementara Timur Tengah dan Asia mengadaptasi dan merayakan aksi menelan pedang sebagai aktivitas spiritual dan fisik.

Namun demikian, Gereja Katolik melihatnya sebagai ancaman berbahaya. Gereja mengusir semua penelan pedang selama Abad Pertengahan.

Anehnya, atraksi menelan pedang tidak pernah hilang. Bahkan, kembali berjangkit pada akhir 1800-an sebagai hiburan. Pertunjukan Sword Swallowers tampil di Chicago World Fair dan menghibur penonton Amerika. Pada abad ke-20, seni menelan pedang telah menyebar lagi di seluruh dunia.

Aksi menelan pedang kini telah menjadi populer sebagai bagian dari sirkus atau pertunjukan  hiburan jalanan. Akan tetapi, bagaimanapun, ada risiko besar yang dihadapi para penghibur.

Baca Juga: Norimitsu Odachi: Siapa Pemilik Pedang Jepang Abad ke-15 Ini?

Aksi menelan pedang, yakni memasukkan pedang ke dalam perut melalui mulut, dilakukan dengan hati-hati agar tak melukai jantung dan paru-paru. (Wikimedia Commons)

Ada beberapa risiko fisik yang dialami oleh para penelan pedang seiring waktu. Para penelan pedang biasanya berakhir dengan sakit tenggorokan yang parah dan pita suara yang memar. Akibatnya, mereka harus makan makanan cair dan tidak berbicara selama berminggu-minggu agar tenggorokan mereka bisa beristirahat untuk memulihkan diri. Terkadang, menelan pedang juga bisa menyebabkan hilangnya suara.

Jika dilakukan terlalu sering, menelan pedang dapat menyebabkan disfagia atau kesulitan menelan. Dengan demikian, efek samping dari menelan pedang dapat menyebabkan dampak buruk secara drastis pada kesehatan.

Risiko lebih besar yang bisa terjadi adalah luka pada pembuluh darah atau jaringan yang dapat menyebabkan pendarahan internal dan infeksi. Dan risiko paling parah, tentu saja aksi ini dapat mengakibatkan kematian langsung bagi pelakunya.

Meski berbahaya, nyatanya menelan pedang masih terus menjadi atraksi hiburan yang populer hingga saat ini. Seperti prinsip ekonomi, suatu penawaran akan terus ada selama permintaan atas hal itu masih ada dan bahkan tinggi. Jadi, konten-konten hiburan yang berbahaya akan terus ada selama kita masih gemar menontonnya.

Baca Juga: Pedang Kuno Turki Berusia Ribuan Tahun Ditemukan di Biara Venesia