Jutaan penduduk di negeri ini rela menempuh perjalanan panjang untuk merayakan Lebaran di daerah asal mereka. Walau harus menghabiskan waktu berjam-jam lamanya di jalan, tapi Lebaran bersama keluarga memang terasa lebih nikmat. Tetap jaga kondisi kesehatan agar momen hari raya ini lebih bermakna.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ini Utami Ningsih (35) berencana pulang ke kampung halamannya di Pati, Jawa Tengah, untuk merayakan Idul Fitri bersama keluarga besarnya. Mudik kali ini sedikit berbeda bagi Utami karena ia akan membawa putra kecilnya, Muhammad Hafidz yang baru berusia 8 bulan.
"Persiapan mudik jadi lebih ribet karena bawa bayi, keperluan bayi kan banyak," kata warga Tangerang ini.
Sayangnya, kondisi Utami sedang tidak begitu fit. Sudah beberapa hari ini ia mengalami radang tenggorokan. Maklum saja, selama puasa Utami mengaku cukup sulit untuk mencukupi kebutuhan tidurnya.
Bayinya sering terbangun di malam hari, sehingga Utami harus menemaninya bermain. Tak lama kemudian, ia juga harus menyiapkan sahur. Di siang hari, ia disibukkan dengan pekerjaannya sebagai guru. Bagi Utami, berpuasa bukanlah halangan baginya untuk menjalani aktivitas rutinnya sehari-hari.
Seringkali Utami tidak menghitung berapa banyak cairan yang ia asup saat sahur maupun berbuka. Maka tak heran bila daya tahan tubuhnya melemah dan ia mengalami radang tenggorokan, bibirnya pun terlihat kering dan kulitnya sedikit pecah-pecah dan mengelupas.
Dokter spesialis gizi dari Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - Rumah Sakit dr Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM) Saptawati Bardosono mengatakan, kurang minum wajar terjadi saat berpuasa sehingga menyebabkan tubuh mengalami dehidrasi ringan.
Kondisi ini dapat mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh sehingga tubuh rentan terkena penyakit. Apalagi penyakit yang berhubungan dengan peradangan, sehingga radang tenggorokan pun banyak dialami oleh orang yang kurang minum saat berpuasa.
Peradangan terjadi karena adanya infeksi yang diakibatkan oleh melonjaknya jumlah populasi bakteri di mulut. Bakteri berkembang biak dengan pesat lantaran mulut tidak mengasup makanan apapun dalam waktu yang relatif lama. Kondisi ini akan bertambah parah bila ditambah dengan dehidrasi.
Kendati demikian, kondisi itu sebenarnya tidak harus selalu terjadi. Menurut Saptawati, dehidrasi ringan bisa segera diatasi dengan kembali mencukupi kebutuhan cairan saat berbuka puasa dan sahur. Nah, bila seseorang melewatkan kesempatan mencukupi kebutuhan cairan di saat-saat itulah, maka penyakit lebih mudah datang.
Saat berpuasa, tubuh akan kehilangan air dalam jumlah banyak, rata-rata sekitar dua liter. Maka cairan tersebut harus diganti dengan cara minum air dalam jumlah yang sama atau sekitar delapan gelas per hari. Namun karena adanya pembatasan waktu akan dan minum saat berpuasa, maka harus ada perubahan pola konsumsi air.
"Bila biasanya konsumsi air bisa dilakukan setiap saat, namun karena berpuasa, konsumsi air pun hanya bisa dilakukan saat berbuka dan sahur, jadi harus dioptimalkan di saat-saat itu," tutur Saptawati dalam diskusi kesehatan bertajuk "AQUA 2+4+2: Puasa Sehat Bersama AQUA" beberapa waktu lalu di Jakarta.
Rumus 242