"Dalam penelitian kami, wanita yang menggunakan layanan berhenti merokok memiliki tingkat kelebihan berat badan atau obesitas, depresi, dan kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria dengan kebiasaan (merokok) lebih jarang. Temuan kami menyoroti kebutuhan untuk memberikan intervensi berhenti merokok yang disesuaikan dengan kebutuhan wanita," kata penulis studi Ms. Ingrid Allagbe, seorang mahasiswa PhD di University of Burgundy, Dijon, Prancis dalam press rilis ESC.
Para peneliti menggunakan skala ketergantungan nikotin untuk mengklasifikasikan peserta sebagai memiliki ketergantungan ringan, sedang, atau berat. Kemudian para peneliti juga melihat ketahanan untuk tidak merokok, setidaknya 28 hari berturut-turut yang dilaporkan sendiri dan dikonfirmasi dengan pengukuran karbon monoksida yang dihembuskan kurang dari 10 bagian per juta (ppm).
Peserta memberikan informasi tentang usia, tingkat pendidikan, kondisi lain termasuk diabetes dan penyakit pernapasan, dan jumlah rokok yang dihisap setiap hari. Tinggi dan berat badan diukur. Peserta diklasifikasikan memiliki gejala kecemasan dan depresi atau tidak menurut riwayat medis mereka, penggunaan obat anti-kecemasan atau antidepresan, dan Skala Kecemasan dan Depresi Rumah Sakit (HADS).
Baca Juga: Bagaimana Dampak Bahaya Merokok Ganja terhadap Bayi dan Ibu Hamil?
Dalam penelitian ini, sebanyak 37.949 perokok dilibatkan dengan di antaranya sebanyak 16.492 orang atau sekitar 43,5 persen adalah perempuan. Usia rata-rata wanita dalam penelitian ini adalah 48 tahun, sedangkan usia rata-rata pria adalah 51 tahun. Selain itu, sekitar 55 persen wanita melaporkan tingkat pendidikan sarjana atau lebih tinggi dibandingkan dengan pria.
Baik pria maupun wanita memiliki beban faktor risiko kardiovaskular yang tinggi. Kolesterol tinggi lebih sering terjadi pada pria (33 persen) dibandingkan dengan wanita (30 persen). Sama halnya dengan tekanan darah tinggi, masing-masing 26 persen berbanding 23 persen. Diabetes juga lebih sering terjadi pada pria (13 persen) dibandingkan dengan wanita yang hanya 10 persen.
Diketahui juga, sebagian besar wanita, sekitar 27 persen, kelebihan berat badan atau obesitas dibandingkan dengan pria, sekitar 20 persen. Wanita, sekitar 37,5 persen, lebih cenderung memiliki gejala kecemasan atau depresi dibandingkan pria, sekitar 26,5 persen.
Baca Juga: Apakah Batas Usia Minimal Membeli Rokok Bisa Kurangi Perokok Muda?
Penyakit paru obstruktif kronik juga lebih sering terjadi pada wanita, sekitar 24 persen. Dibandingkan dengan pria sekitar 21 persen. Sama halnya asma, wanita sebanyak 16 persen, dibandingkan pria hanya sekitar 9 persen.
Sedangkan rata-rata jumlah rokok yang dihisap setiap hari adalah 23 pada wanita dan 27 pada pria. Sekitar 56 persen wanita memiliki ketergantungan nikotin yang parah dibandingkan dengan 60 persen pria. Tingkat ketahanan pada wanita juga lebih rendah dibandingkan pria, sekitar 52 persen.
"Temuan menunjukkan bahwa meskipun merokok lebih sedikit dan ketergantungan nikotin lebih sedikit daripada pria, wanita merasa lebih sulit untuk berhenti," kata Allagbe.
Menurut peneliti, kemungkinan kontributor bisa menjadi prevalensi yang lebih tinggi dari kecemasan, depresi dan kelebihan berat badan atau obesitas di kalangan wanita. Sebelumnya telah dilaporkan bahwa wanita mungkin menghadapi hambatan yang berbeda untuk berhenti merokok terkait dengan ketakutan akan kenaikan berat badan, hormon seks, dan suasana hati.
"Hasilnya menunjukkan bahwa program berhenti merokok yang komprehensif diperlukan untuk wanita yang menawarkan pendekatan multidisiplin yang melibatkan psikolog, ahli diet, dan spesialis aktivitas fisik," kata Allagbe.
Baca Juga: Lima Kebiasaan Ini Memiliki Efek Mematikan Seperti Rokok