Bagaimana Jika Cabai Terpedas di Dunia, Masuk ke Tubuh Manusia?

By Galih Pranata, Selasa, 12 Oktober 2021 | 18:00 WIB
Mike Jack telah memecahkan rekor dunia dengan memakan 3 biji cabai Carolina Reaper. (Buzz-Caribbean)

Nationalgeographic.co.id—Pada 1980-an, Ed Currie mulai menanam paprika di rumahnya. "Kemudian, di tahun 90-an, di Rock Hill, Carolina Selatan, Ed Currie telah menanam 800 tanaman cabai di setiap jengkal rumahnya," tulis PuckerButt Pepper Company.

PuckerButt Pepper Company menuliskan kisah awal dikembangkannya varietas Carolina Reaper Pepper dalam laman resminya, dengan artikel yang berjudul The Man That Makes It Happen, di tahun 2013.

"Istri Ed, Linda, menyadari bahwa permintaan cabai terus meningkat, sehingga ia memutuskan untuk mengembangkan industri pertanian cabai sendiri dan meluaskan komoditasnya," tulisnya.

Pertanian mereka kemudian terus berkembang menjadi jauh lebih besar. "Sekarang, mereka telah menanam lebih dari 100.000 tanaman lada dan merupakan salah satu yang terbesar di pantai timur" tambahnya.

 

Dalam eksperimennya, Ed Currie telah memproklamirkan diri, bahwa ia berhasil menciptakan cabai peraih rekor dunia, Guinness World Record, sebagai cabai terpedas di dunia yang ia namakan Carolina Reaper Smokin' Ed.

Hari ini, Ed dan tim ahlinya, sudah dapat ditemukan di peternakan yang memasok rempah-rempah dan lada yang intens, kepada Premier Food Providers atau produsen Penyedia Makanan Utama di seluruh dunia.

"Mereka juga telah membuat jaringan komoditas Saus dan Camilan Pedas, di Perusahaan PuckerButtPepper Company yang mereka kembangkan dan produksi sendiri," sambungnya.

Dilansir dari PuckerButt Pepper Company, tercatat varietas 'Carolina Reaper', yang dikembangkan oleh perusahaan AS, PuckerButt Pepper di South Carolina, diakui sebagai cabai yang paling menyengat di dunia, dengan 2,2 juta SHU.

Cabai Carolina Reaper ditanam dari September 2016 hingga Juni 2017 di rumah kaca yang terletak di unit produksi benih Taman Ilmiah dan Teknologi Yucatan di Sierra Papacal, Merida, Yucatan, México.

"Mereka dikembangkan pada ketinggian 9 mdpl Selama masa penelitian. Suhu rata-rata adalah 18 °C (minimum) dan 37 °C (maksimum), dengan relatif kelembaban adalah 86%," tulis Liliana S. Muñoz-Ramírez bersama tim risetnya.

Mereka melakukan uji coba cara mengembangkan cabai terpedas di dunia. Hasil risetnya kemudian ditulis pada American Society for Holticultural Science, berjudul Behavior of the Hottest Chili Peppers in the World Cultivated in Yucatan, Mexico, publikasi tahun 2018.

"Pada tahun 2013, Guinness World Records menobatkan Carolina Reaper sebagai cabai terpedas di dunia, mengalahkan pemenang sebelumnya, Trinidad Scorpion 'Butch T'," tulis Muñoz-Ramírez dengan timnya.

"Sementara Scorpion diukur di 1.463.700 Unit Panas Scoville (SHU). Kemudian, awal bulan ini, Guinness World Records memperbarui skor Scoville (SHU) menjadi lebih dari 2.189.000, kepada Carolina Reaper," lanjutnya. Lantas bagaimana jika sampai Carolina Reaper masuk ke tubuh manusia?

Baca Juga: Penelitian: Makan Cabai Mengurangi Risiko Serangan Jantung dan Stroke

Carolina Reaper menghasilkan capsaicin, senyawa yang memberi sensasi panas atau menyengat. Ini dapat mempengaruhi pembuluh darah. (WESTLAND PEPPERS)

Satish Kumar Boddhula bersama timnya, telah melakukan beberapa riset kepada para konsumen cabai Caroline Reaper. Ia melaporkan temuannya pada British Medical Journal, berjudul An unusual cause of thunderclap headache after eating the hottest pepper in the world – "The Carolina Reaper", publikasi tahun 2017.

"Mengonsumsi cabai ini akan berakibat pada sakit kepala thunderclap," tulisnya. Sakit kepala, thunderclap headache adalah sakit kepala mendadak yang terasa seperti sambaran petir atau ledakan rentetan kembang api dalam waktu singkat di dalam kepala.

"Sakit kepala adalah hasil dari kondisi pembuluh darah yang tidak biasa, disebut sindrom vasokonstriksi serebral reversibel (RCVS)," imbuhnya. Mereka menggambarkan kasus seorang pria berusia 34 tahun yang makan cabai Carolina Reaper dalam sebuah kontes.

Baca Juga: Penelitian: Makan Cabai Bisa Menghambat Penyebaran Kanker Paru

"Gejalanya dimulai dengan kesulitan bernafas, tetapi dia tidak memuntahkannya," sambungnya. Satish Kumar melanjutkan,"Kemudian dia mengalami sakit kepala yang hebat".

"Rasa sakitnya sangat menyiksa sampai ia dilarikan ke IGD" tulisnya. Pemindaian otaknya menunjukkan, bahwa pemakan cabai itu tidak menderita stroke, tetapi arteri utama di otaknya telah menyempit. 

Carolina Reaper menghasilkan capsaicin, senyawa yang memberi sensasi panas atau menyengat. Ini dapat mempengaruhi pembuluh darah. Namun, tenang saja, mengonsumsi cabai ini tidak akan membunuhmu.

"Tak ada laporan yang mengulas tentang kematian disebabkan olehnya. Hanya saja, anda perlu berhati-hati dan tidak berlebihan untuk menghindari overdosis serta kemungkinan terburuk lainnya," pungkasnya.

Baca Juga: Hidung Menjadi Berair Ketika Makan Pedas? Hal Inilah Penyebabnya