Ketika berbicara sebelum pesawat tempur AS menyerang kaum militan pada hari kedua, Sabtu, Obama mengatakan butuh lebih dari sekadar bom untuk memulihkan stabilitas. Ia mengecam pemerintahan Perdana Menteri Nuri al-Maliki yang berasal dari kalangan Syiah karena telah gagal berbagi kekuasaan dengan kaum minoritas Sunni Irak, yang mendominasi negara itu sebelum invasi AS tahun 2003.
Perancis bergabung dalam seruan agar para pemimpin yang berseteru di Irak membentuk sebuah pemerintahan inklusif yang mampu melawan militan. "Irak sangat membutuhkan pemerintah yang bersatu dan semua rakyat Irak harus merasa bahwa mereka terwakili dalam pemerintahan itu," kata Menteri Luar Negeri Perancis Fabius. "Semua rakyat Irak harus merasa mereka terwakili untuk ambil bagian dalam pertempuran melawan terorisme," katanya dalam konferensi pers dengan sejawatnya dari Irak di Baghdad.
Para pengecam Maliki mengatakan, agenda sektarian Perdana Menteri itu telah mendorong suku-suku Sunni ikut angkat senjata dan bergabung dengan ISIS. Namun, Maliki, yang menjadi seorang caretaker sejak pemilihan yang tak meyakinkan April lalu, telah mengabaikan desakan kalangan Sunni, Kurdi, sesama Syiah, Iran, dan para ulama penting Irak untuk menyingkir dari kekuasaan dan mendukung pemimpin baru yang bisa diterima semua pihak.