Selidik Arkeologi: Benarkah Fosil Manusia Ini Berusia 600 Juta Tahun?

By Hanny Nur Fadhilah, Kamis, 14 Oktober 2021 | 09:00 WIB
Kerangka kecil kedua terpelihara dengan sangat baik dan menunjukkan bentuk yang lebih detail. Usianya 600 juta tahun, ditemukan di Antarktika. Uniknya, fosil ini berusia jauh sebelum adanya manusia dan dinosaurus. (University of Cambridge)

Nationalgeographic.co.id—Penemuan sisa-sisa kerangka manusia di daerah pegunungan Whitmore di Antarktika membuat banyak pihak heboh. Penemuan tersebut terbilang menarik lantaran fosil yang ditemukan berukuran tak seperti kerangka manusia pada umumnya.

Ditemukan di Pegunungan Whitmore, Antarktika. Lokasi tersebut dianggap tidak dapat dihuni karena memiliki suhu rendah dan terlalu dingin. Para ahli memperkirakan bahwa fosil tersebut hidup pada 600 juta tahun yang lalu.

Benarkah itu fosil manusia? Benarkah usianya mencapai ratusan juta tahun? Peneliti masih berupaya mengungkapnya.

“Kami menguji fosil-fosil itu dan telah menentukan tanpa keraguan bahwa mereka setidaknya berusia 600 juta tahun,” ujar Marly dari University of Cambridge.

Namun, yang membuat para peneliti tercengang adalah bukan hanya benda itu saja tetapi karena usianya. Temuan itu ada sebelum sesuatu yang menyerupai manusia ada di Bumi. Bahkan, sebelum dinosaurus muncul ratusan juta tahun lalu. 

“600 juta tahun yang lalu, ubur-ubur pertama kali muncul. Tidak ada manusia di dunia dan bahkan tidak ada dinosaurus di sekitar saat itu,” ungkap Marly kepada P. Natasha, arkeolog dan biolog yang sekaligus jurnalis Histecho. 

Tulisan Natasha itu berjudul 600 Million-Year-Old Fossils of Tiny Humanoids Found in Antarctica terbit di laman Histecho pada November silam.

 

Terdapat dua kerangka yang terpelihara dengan sempurna diperkirakan berusia 600 juta tahun, lebih tua dari vertebrata lain yang ditemukan sebelumnya.

”Kerangka pertama yang kami temukan tersembunyi di dalam lapisan sepotong besar batuan sedimen yang telah kami lepas dari lereng gunung,” terang Marly.

Bentuk tulang juga menunjukkan bahwa mereka adalah manusia, bukan primata, dan kelengkapan sisa-sisa juga menunjukkan bahwa mereka lebih tua dari bayi.

“Ketika kami membelah batu itu, kami benar-benar bingung. Inilah fosil ini dari zaman ketika kemunculan vertebrata pertama masih jutaan tahun lagi dan itu adalah kerangka yang lengkap. Dan tidak hanya itu, itu tampak seperti manusia,” tambahnya lagi.

Marly melanjutkan bahwa kerangka kedua yang ditemukan itu adalah spesimen yang sangat bagus. Tidak seperti yang pertama, kerangka kedua berada dalam posisi yang sepenuhnya diperpanjang dengan detail yang sangat baik.

Baca Juga: Selidik Fosil Rahang Manusia Modern Tertua di Sulawesi Selatan

Kerangka fosil pertama yang mereka temukan tingginya kurang dari satu kaki. ( University of Cambridge)

“Sangat jelas dari penelitian kami tentang kerangka ini bahwa mereka pasti manusia dan bukan spesies primata. Siapa mereka dan seberapa besar populasi mereka dan apakah mereka maju secara teknologi adalah misteri yang lengkap,” kata Marly.

Fosil-fosil tersebut telah diterbangkan ke National Institute of Ancient Studies di Washington DC untuk dianalisis lebih lanjut. Sampai sekarang belum ada rilis resmi dari lembaga tersebut.

Sebagai informasi, penemuan kerangka berbentuk tak lazim ini bukan hanya kali ini saja. Sebelumnya pada 2003, di sebuah kota yang ditinggalkan di Gurun Atacama di Chili, telah ditemukan kerangka kecil (mumi) dengan bentuk yang sangat aneh. Ya, ukurannya sangat kecil yaitu hanya 15 cm.

Kerangka itu kemudian diuji oleh para peneliti. Setelah dilakukan penelitun, hasil menunjukkan bahwa mumi kecil ini bukan palsu, bukan pula janin bayi. Ya, mumi yang diberi nama Ata itu milik ras manusia yang kurang dikenal.

Tim peneliti membuktikan bahwa Ata adalah bayi perempuan yang baru lahir dengan banyak mutasi pada gen yang terkait dengan dwarfisme, skoliosis, dan kelainan pada otot dan kerangka.

Hasil penelitian itu juga mengungkapkan empat varian nukleotida tunggal (SNV) baru - sejenis mutasi genetik - dalam gen yang diketahui menyebabkan penyakit tulang, seperti skoliosis atau dislokasi, serta dua SNV lagi dalam gen yang terlibat dalam produksi kolagen. Ata juga memiliki 10 pasang tulang rusuk, bukan 12 seperti pada manusia normal.

Baca Juga: Fosil Tengkorak Homo Longi di Harbin, Tiongkok Berusia 146.000 Tahun