Kisah Nyata, Menerima Paru-paru dari Perokok Berat

By , Selasa, 16 September 2014 | 11:40 WIB

Wanita ini didiagnosis mengidap fibrosis sistik sejak usianya 16 bulan. Terlahir dengan mengidap penyakit yang terjadi karena penumpukan fibrosisi dan pembentukan kista di kelenjar pankreas, saluran pernapasan serta pencernaan.

Sharee McPhail, saat berusia 27 tahun ia diprediksi hanya dapat bertahan hidup dua tahun saja. “Saya tidak ingin mempercayai [prediksi] itu,” ujarnya. Wanita inilah yang didiagnosis mengidap fibrosis sistik.

Ia sempat berpikir bahwa sahabatnya mulai menikah dan mempunyai anak, tapi ia justru mempersiapkan ‘pemakamannya’. Nasib baik menghampirinya di usianya hendak menginjak ke 30 akhir Desember ini. Kisahnya justru baru dimulai ketika harus menerima paru-paru baru. Ia mendapatkan donor paru-paru dari seorang perokok berat berusia 55 tahun.

Penelitian mengatakan bahwa hal ini begitu tidak biasa. Sebagian orang mungkin akan menolak donor paru-paru perokok ini, tidak dengan Sharee. Ia melihat adanya kesempatan hidup dan dengan senang hati menerima paru-paru penuh zat dari rokok.

Menurut data, lebih dari 10.000 orang di Amerika mengidap penyakit serupa Sharee. Dan setengah di antaranya bahkan tidak dapat mencapai usia 40 tahun.

Hidup Sharee dipenuhi kegiatan seperti fisioterapi, operasi pembersihan lendir dari paru-paru sehingga ia tak kesulitan bernapas. Untungnya ia dapat menjalani kehidupan dengan normal di tengah kendala kesehatan.

Walau ia harus kehilangan sahabatnya, Angela, yang juga mengidap fibrosis sistik. “Itu begitu menakutkan,” ujarnya.

Di usianya ke-26, ia harus dirawat karena mengalami pneumonia dan paru-parunya kian melemah. Setahun kemudian kondisinya semakin memburuk. Ia harus mengonsumsi antibiotik yang justru membuatnya muntah dan pusing luar biasa.

Vonis hidup mati diterimanya tak lama setelah kondisinya semakin memburuk. Ia mengatakan bahwa hidupnya bahkan tak akan mencapai dua tahun jika tida mendapatkan transplantasi.

Satu dari tiga orang penerima donor paru-paru tidak dapat bertahan hidup.

Hatinya hancur dan hidupnya mulai dibayang-bayangi ketakutan. Namun orang di sekitarnya selalu mendukung dan memberikan semangat.

“Kamu akan baik-baik saja, semua akan berjalan baik,” hibur sang ibu.

Cystic Fibrosis Trust mengatakan bahwa satu dari tiga orang penerima donor paru-paru tidak dapat bertahan hidup. Sebanyak 1.000 orang di Inggris meninggal saat menjalani operasi transplantasi.

Paru-paru perokok beratSemangat hidupnya tak pudar. Ia menyadari bahwa mencari donor paru-paru tentu tidak mudah. Berbagai cara dicobanya. Kesabarannya itu berbuah hasil.

Ia menerima informasi terdapat donor paru-paru dan harus segera menjalani operasi. Pasalnya paru-paru tersebut tidak dapat bertahan lama di luar tubuh manusia.

Donor paru-paru yang tampaknya baik sudah dipersiapkan untuknya. “Saya bergegas menuju Newcastle,” kata Sharee.

Ternyata donor paru-paru berasal dari seorang wanita 55 tahun, perokok berat. Sharee harus memberikan keputusan cepat.

“Mungkin aku tidak dapat menerimanya. Namun mungkin saja ini kesempatan terakhirku [untuk hidup],” kenangnya. Tambah lagi, semasa hidupnya Sharee tidak pernah mencoba merokok, berbanding terbalik dengan donor yang akan diterimanya.

Paul Corris, ahli jantung dan transplantasi paru-paru dari Newcastle University dan Rumah Sakit Freeman mengatakan kekhawatiran bahwa penerima donor mungkin saja tidak menerima paru-paru perokok yang berpotensi mengidap kanker.

Sementara James Neuburger berpendapat bahwa hasil penerima non-perokok donor paru-paru dari perokok mungkin berpotensi mengidap kanker lebih kecil.

Setelah menjalani transplantasi, Sharee mengalami peningkatan kesehatan luar biasa. “Satu minggu setelah operasi, saya semakin kuat. Rasanya luar biasa dapat bernapas tanpa alat bantu,” ujarnya.

Walau ia menerima paru-paru dari perokok berat, Sharee merasa itulah anugrah yang harus disyukurinya.