Daya Tarik Chernobyl

By , Jumat, 19 September 2014 | 17:43 WIB

Ketika pertama mendengar kisah tempat yang misterius yang disebut dengan nama Chernobyl itu, Dmitry masih seorang bocah. Chernobyl terletak dekat rumahnya di Chernihiv.

Situasi yang aneh tengah berlangsung saat itu: ledakan, evakuasi, air tercemar, udara juga tercemar. Hanya itu yang Dmitry ketahui.

Tetapi dia tidak mengerti bahwa bencana hebat tersebut terjadi akibat reaktor nuklir.

Pada suatu hari, sepulang sang ibu dari kantor, ia menemukan Dmitry menutup semua jendela apartemen mereka dan merekatkan retakan dinding dengan isolasi. "Saya sangat takut," katanya.

Semakin dia bertumbuh dewasa, rasa takutnya mulai menjadi rasa penasaran. Ketika dia remaja, dia tahu dia terilhami menjelajahi zona terlarang tersebut, daerah yang ditutup sekitar seribu mil persegi yang mengelilingi episentrum krisis tersebut.

"Saya sangat tertarik pada kejadian ini," katanya.

Lama sebelum petualangan pertamanya, Dmitry mengumpulkan segala informasi yang bisa didapatnya dari internet—mengenai sejarah, peta, penjelasan mengenai gedung-gedung. 

Tahun 2009, ketika Dmitry berumur 23 tahun, dia bersama beberapa teman memulai sebuah forum internet, yang kemudian menarik perhatian 20 anggota dari Ukraina, Belarus, dan Rusia.

Menelusuri kota matiDaerah tersebut dipagari setinggi 30 kilometer, tapi tetap bisa dibobol. Setelah berenang menyeberang sungai, perjalanan jauh ke Pripyat, kota mati yang terletak kurang dari dua mil dari reaktor yang hancur, dimulai.

JEROME N. COOKSON (Sumber: STATE AGENCY OF UKRAINE ON EXCLUSION ZONE MANAGEMENT)

Kebocoran nuklir luas menyebabkan kehancuran besar, menyisakan lahan kosong yang ditumbuhi tanaman liar. Makan waktu bertahun-tahun sejak insiden reaktor nuklir tersebut, daerah terlarang ini berubah menjadi hutan hijau.

Empat hari kemudian mereka muncul dari daerah terlarang itu dan berjalan selama 90 kilometer menghindari polisi (karena menjelajahi daerah terlarang ini merupakan ilegal).

Setelah itu, Dmitry menjelajah daerah tersebut dalam kesunyian—dia memperkirakan kunjungannya ke sana sudah kurang lebih 100 kali, sampai-sampai dia "mengenal Pripyat lebih baik daripada kotanya sendiri".

Dmitry bertualang bersama Igor kala petualangan pertamanya. Dia menemukan kesan magis tersendiri. Mereka tidak menggunakan senter karena takut ketahuan polisi. "Waktu itu bulan purnama, dan ketika mata telah terbiasa melihat dalam terang purnama, Anda mampu melihat apa pun. Rasanya penglihatan menjadi semakin tajam. Anda bisa melihat detail terkecil," kenangnya.

Saat itu mereka berusaha untuk melangkah setenang mungkin, bukannya takut berisik atau takut ketahuan, tetapi selangkah saja seolah terdengar begitu keras di tempat yang sunyi-senyap ini. Tiba-tiba mereka muncul dari semak-semak dan mendapati barisan gedung di depan mereka.

Sebuah jendela terbuka, angin sepoi-sepoi bertiup mengayunnya. Dmitry ingat bulan bayangan bulan di kaca dan memperlihatkan ilusi bahwa ada seseorang berdiri di sana.

Tidak khawatirPada petualangan sebelumnya, Igor telah mengintai tempat persembunyian di dalam sebuah apartemen di Pripyat. Di sana ada sofa, kursi, dan perabot lain. Dmitry dan teman-teman duduk di balkon, menyesap sebotol cognac, menikmati pemandangan reruntuhan kota.

Hari berikutnya, mereka bertemu dengan kelompok stalker lainnya. Stalker adalah panggilan bagi mereka yang terus mengintai daerah terlarang ini.

Daerah yang paling radioaktif tidak boleh dikunjungi, hal ini diketahui Dmitry dan kawan-kawan setelah bertahun berkat bantuan alat penghitung Geiger. Namun, kontaminasi tersebut tidak mungkin dihindari.

"Saya sering menghirup udara terkontaminasi radiasi, bahkan minum airnya," katanya. Tingkat radiasi tertinggi yang telah dialami Dmitry sekurang-kurangnya adalah 0.01 sievert.

Dmitry menyatakan bahwa dia tidak khawatir. "Saya melihat semua orang yang melalui masa mengerikan itu dan masih hidup hingga sekarang."

_______________________________________

Apakah kegiatan "jalan-jalan" Chernobyl ini sudah diadopsi jadi jenis wisata baru nan menantang? Baca lebih jauh dalam feature terbaru National Geographic Indonesia"Wisata Nuklir"