Temuan arkeologi terbaru dari penggalian Gunung Padang berupa sebuah koin logam berdiameter 17 mm, yang sementara ini diklaim sebagai buatan manusia dan berumur lebih dari 5.200 SM.
Wakil Ketua Tim Nasional Gunung Padang, arkeolog Ali Akbar, pada Tribunnews memaparkan, "Diameter logam 17 milimeter. Diameter lingkaran di tengah logam sekitar 10,5 milimeter. Ada pun ketebalan logam 1,5 milimeter. Untuk bahannya diperkirakan perunggu—karena tidak memiliki pengaruh dengan medan magnet." Dirinya meyakini koin yang ditemukan Senin (15/9) itu bukan untuk alat tukar, melainkan mungkin berfungsi sebagai azimat.
Dikatakan Ali juga, artefak berwarna hijau kecokelatan (diduga mengalami oksidasi), ditemukan terpendam di kedalaman 11 meter di bawah teras lima situs Gunung Padang.
Beberapa ilmuwan di luar tim riset membantah hipotesis tersebut. Salah satunya, arkeolog dari Balai Arkeologi Bandung, Lutfi Yondri.
Ahli numismatik Museum Nasional, Trigangga, mengamati koin temuan Gunung Padang dan melihat tanda-tanda kemiripan dengan mata uang yang ada pada masa Hindia Belanda (Nederlands Indie), kira-kira abad ke-19.
"Seperti apa yang saya lihat, usia [koin] tidak sampai setua itu," katanya saat dihubungi National Geographic Indonesia, Kamis (18/9).
Dugaan dia setelah membandingkan koin Gunung Padang dengan koin-koin kuno koleksi Museum Nasional, koin itu adalah mata uang yang berasal dari abad ke-19.
"Boleh dikatakan desain koin tidak banyak perbedaan. Seperti masih nampak huruf Arab Melayu pada bagian tengah dikelilingi titik-titik. Di lingkaran bagian luar terdapat satu-dua aksara Jawa Baru. Huruf Arab, juga huruf Jawa itu mirip dengan koin dari sekitar abad ke-19."
Lalu, ukuran koin juga tidak jauh berbeda dengan koin 1 sen di era Hindia Belanda yang lebih kurang 15 mm.
Dia mengutarakan, dari foto koin Gunung Padang yang diperlihatkan, masih samar-samar kelihatannya. Penjelasan bisa lebih jauh apabila koin dibersihkan serta diperlihatkan dua sisi. "Sekarang hanya dari satu sisi," ujar Trigangga.
"Menurut saya mungkin di sisi yang satu adalah gambar lambang lambang Kerajaan Belanda dan nominal, disertai tulisan dalam aksara Latin," lanjutnya.
Pendanaan
Sementara, mengutip Tribunnews pada Rabu (17/9), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M Nuh saat meninjau situs mengatakan bahwa dana riset Gunung Padang dialokasikan dari dana abadi yang tak terbatas.
"Untuk tahap awal, kami mengalokasikan tiga miliar, itu sudah cair. Tapi untuk total anggaran yang digunakan, kami tidak tahu," ujar Nuh. Selain itu, dikatakan pendanaan pun takkan terpengaruh oleh pergantian kepala negara.
Kemendikbud mendukung penuh penelitian dan ekskavasi ini, kata Nuh.
Gunung Padang adalah sebuah penelitian yang telah beroleh perhatian luas sejak Tim Katastrofi Purba bentukan Kantor Stafsus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana melakukan survei bawah permukaan dan memaparkan hasil yang kemudian menyulut kontroversi piramida Gunung Padang, pada 2011.
Isu yang mengemuka antara lain dari ketertarikan publik soal situs yang akan menyingkap peradaban hebat Nusantara masa lalu—bahkan kini digadang-gadang akan menjadi lebih hebat daripada Borobudur, keprihatinan mengenai perlindungan situs dari kerusakan, hingga ada pula penolakan dari kalangan ahli yang berseberangan pendapat.
Situs yang letaknya pada ketinggian sekitar 895 meter dpl ini adalah kompleks punden berundak terbesar di Asia Tenggara.