Melongok Panti Rehabilitasi yang Rileks

By , Senin, 29 September 2014 | 18:44 WIB

Setelah induksi, klien mulai bergabung dengan rekan yang lain, diajak mengenali siapa dirinya dan masalahnya. Terapi pemulihan yang terkesan serius tersebut dijalani klien dengan bantuan seluruh penghuni.

Berdiri melingkar di Sasana Tinju Rumah Cemara, para mantan pecandu berdoa sebelum latihan. Olah raga memicu hormon endorfin dalam tubuh yang memberi rasa rileks dan senang. Dulu, mereka memilih memakai narkoba untuk melecut endorfin. (Dwi Oblo/National Geographic Indonesia)

“Karena modelnya komunitas terapi, yang melakukan proses perawatan adalah teman-teman sendiri. Komunitas akan saling membantu dan berbagi, sementara kita hanya memfasilitasi.”

Intinya, Traga menegaskan, solusi akan ditemukan sendiri oleh komunitas penghuni. “Kita akan memberikan pilihan yang baik dan buruk. Tapi, mereka yang akan menentukan pilihannya sendiri.”

Melewati tahap demi tahap, hingga seorang klien akan sampai pada fase mendapatkan tanggung jawab. Klien juga diizinkan untuk menyambangi rumah sepekan sekali setiap Sabtu. “Itu hanya satu kali 24 jam. Awalnya kita dampingi. Tapi bila aman, bisa dilepas sendiri.”

Jika seluruh program sudah dijalani, seorang klien sudah bisa merasakan kehidupan di luar Pusat Rehabilitasi.

“Pagi pergi, sore pulang ke Pusat Rehabilitasi. Setiap hari dia keluar bersosialisasi,” urai Traga panjang lebar. Dan, setelah itu seorang pemadat bisa dinyatakan pulih.