Menurut sebuah model proyeksi yang dirilis oleh U.S. Centers for Disease Control and Prevention (CDC), antara 550.000 sampai dengan 1,4 juta orang di Afrika Barat akan kena wabah Ebola pada bulan Januari mendatang jika tingkat infeksinya tetap sama seperti bulan Agustus lalu.
Pasalnya, virus yang telah mewabah tak terkontrol sejak Maret itu telah menginfeksi 5.843 orang dan membunuh 2.803 orang menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Direktur CDC, Tom Frieden, mengatakan, "Setiap hari penting dan akan membuat perbedaan dalam kemampuan kita untuk mengendalikannya." Ia menambahkan, pekerja kesehatan ditambahkan dari negara bagian Afrika lainnya. CDC sendiri mengirim 120 orang di Guinea, Sierra Leone, dan Liberia. Tiga negara ini adalah yang terburuk dalam wabah Ebola. Tim logistik dari Departemen Pertahanan Amerika juga sudah tiba di Afrika Barat.
"Mereka membawa orang baru setiap hari," kata Gayle Smith, asisten presiden Amerika, Barack Obama dan direktur senior National Security Council.
Selain Amerika, beberapa negara lain pun ikut turun tangan membantu dalam wabah mengerikan tersebut. Negara-negara seperti Cuba, Afrika Selatan, Inggris Raya, Perancis, Jerman, Belanda, dan beberapa negara Asia. Namun, itu semua masih kurang cukup.
"Bahan pentingnya adalah kecepatan dan skala," kata Smith.
Menurut Dr. John Brownstein, yang membantu menjalani program pengawasan penyakit menular secara online bernama HealthMap, proyek CDC ini masuk akal. Perbedaan antara angka tinggi dan rendah berasal dari perkiraan bervariasi mengenai berapa banyak korban Ebola yang belum dihitung.
Korban Ebola kerap gagal dibawa ke rumah sakit karena mereka tidak memercayai sistem medis, tak punya waktu atau biaya untuk merawat diri, kemudian meninggal sebelum tiba di rumah sakit atau ditolak oleh rumah sakit mahal.
Lintasan unikTiap tiga negara pusat wabah virus tersebut memiliki pengalaman lintasan unik mengenai penularan virus Ebola dan terlihat berbeda ketika di modelkan, kata Frieden.
Di Liberia, akhir Agustus, warga berbaris di luar unit penyembuhan Ebola, yang kemudian membludak dengan pasien. Hingga pusat penyembuhan Ebola bisa didirikan, pemerintah ingin membangun fasilitas-fasilitas sementara di gedung sekolah yang tak terpakai dan gedung pemerintahan kosong lainnya, di mana semua orang bisa membawa anggota keluarga mereka yang sakit.
Satu pengasuh bagi tiap pasien akan dilengkapi dengan alat pelindung, makanan, minuman, dan obat penghilang rasa sakit untuk pasiennya.
Penerapan pengasuhan seperti ini mampu meningkatkan kesempatan untuk selamat dari Ebola, kata Frieden.
Di Sierra Leone, unit penyembuhan Ebola justru penuh hingga akhir Agustus, tetapi tidak kewalahan seperti di Liberia. Model CDC berbasis pada data yang menunjukkan kasus-kasus Ebola yang membludak di kedua negara tersebut hingga akhir Agustus, dengan laporan kasus di Liberia yang mengganda setiap 15 hingga 20 hari, dan di Sierra Leone mengganda sebanyak 30 hingga 40 hari.
Model tersebut menunjukkan dua proyeksi, satu berbasis pada jumlah kasus yang diketahui, dan yang satu berdasarkan asumsi bahwa angka-angka di bawah hitungan wabah dengan faktor 2,5. Menurut model tersebut, mengisolasi pasien akan mengubah epidemi tersebut. Wabah ini akan berkurang ketika kira-kira 70% pasien diisolasi dan disembuhkan.
"Setiap harinya kita tidak mengisolasi orang secara efektif, tak hanya mereka sekarat dan berpotensi menginfeksi orang lain, tetapi usaha untuk mengubahnya, menghentikan wabah semakin sulit," kata Frieden.
Pada akhirnya, epidemi ini akan berakhir di bawah kedua skenario tersebut.