Apa yang Spesial dari Gerhana Bulan Besok Malam?

By , Selasa, 7 Oktober 2014 | 20:15 WIB

Pengamatan Gerhana Bulan Total (GBT) pada Rabu, 8 Oktober 2014 ini menjadi spesial. Sebab, GBT besok merupakan GBT kedua dari empat GBT berturut-turut yang disebut gerhana tetrad.

Gerhana pertama berlangsung 15 April 2014. GBT ketiga dan keempat masing-masing terjadi pada 4 April dan 28 September 2015 mendatang.

Gerhana tetrad adalah sebuah peristiwa yang cukup langka. Selama milenium ketiga (2001-3000) dihitung akan terjadi 32 seri GBT tetrad. GBT tetrad yang pertama berlangsung 11 tahun silam.

Selain itu, warna merah Bulan ketika gerhana ditentukan berbagai faktor, di antaranya kondisi atmosfer Bumi. Semakin kotor atmosfer akibat banyaknya debu, semakin merah gelap warna Bulan yang terlihat.

Letusan gunung beberapa waktu lalu, seperti Gunung Ontake di Jepang atau Gunung SInabung di Sumatra Utara, diperkirakan juga akan membuat lebih banyak debu di angkasa. Belum lagi polusi udara di kota besar.

Faktor warna Bulan saat GBT, kekotoran atmosfer Bumi, dan posisi gerhana saat di horizon diperkirakan membuat warna Bulan saat GBT besok adalah merah gelap.

"Bonus" Uranus

Astronom amatir Ma'rufin Sudibyo lewat percakapan dengan Kompas.com, Selasa (7/10/2014), mengatakan, Uranus bakal tampak dengan magnitudo +5. Planet itu akan terlihat di sebelah kanan Bulan.

Uranus hanya akan tampak dengan mata telanjang dari Indonesia Timur dan Tengah karena terbatasnya waktu totalitas gerhana.

Uranus adalah planet yang letaknya jauh dari Bumi. Dua faktor yang menentukan penampakan planet ini dengan mata telanjang adalah jaraknya dari Bumi dan tingkat kegelapan langit malam.

Sementara itu, faktor jarak Uranus dengan Bumi sudah terpenuhi. Sebab, pada Rabu (8/10) pukul 03.00 WIB dini hari, planet itu berada dalam jarak terdekat dengan Bumi, tepat di seberang Matahari dari sudut pandang pengamat di Bumi.

Warga Indonesia Barat, walaupun tak bisa mengamati gerhana secara keseluruhan dan Uranus dengan mata telanjang, tetap punya keberuntungan.

Fase totalitas gerhana akan terjadi bersamaan dengan saat senja. Dengan demikian, pada saat senja, warga Indonesia Barat bisa melihat Matahari yang hampir tenggelam di barat dan Bulan yang terbit dengan warna merah darah di timur.

Fenomena itu secara populer dikenal dengan selenelion, yaitu ketika dua benda langit terpisah 180 derajat dari sudut pandang manusia di Bumi.

Saat selenelion, manusia akan melihat satu benda langit terbit dan benda langit lain di seberangnya tenggelam, atau sebaliknya. Kali ini, selenelion yang bakal dilihat adalah Bulan dan Matahari.

Warga Indonesia Barat bakal melihat Bulan terbit di timur dan Matahari tenggelam di barat. Sebaliknya, warga Amerika bakal melihat gerhana Bulan tenggelam di barat dan Matahari terbit di timur.

Gerhana besok, di mana pun Anda berada, menawarkan fenomena-fenomena "bonus" yang unik. Jangan lewatkan. Jangan pula menganggapnya terlalu biasa untuk disaksikan.