Evolusi Telekomunikasi: Dari Api Unggun Sampai Ponsel Pintar

By , Kamis, 9 Oktober 2014 | 14:18 WIB

Mulai dari telepon fixed line hingga koneksi data seluler berkecepatan tinggi.

Telekomunikasi dianggap bagian lumrah dari kehidupan modern, termasuk di Indonesia.

Tak terbayang betapa dulu seorang kurir mesti memacu kudanya sekuat tenaga, siang malam menempuh halang-rintang, demi menyampaikan sepotong pesan yang kini bisa dikirim dalam sekejap mata lewat instant messenger.

Antara kurir berkuda dan pesan instan itu, terdapat masa peralihan selama lebih dari 150 tahun yang mengantarkan masyarakat Indonesia menuju era telekomunikasi seperti yang kita kenal sekarang.

Inilah evolusi telekomunikasi kita dari zaman ke zaman.

!break!
Mesin telegraf 

Huruf demi hurufJauh sebelum jaringan telepon—apalagi internet—terpikirkan, manusia berkirim pesan "jarak jauh" dengan isyarat, menggunakan sarana macam asap api unggun, semapur, dan kurir tadi.

Fajar baru telekomunikasi dimulai ketika Samuel Morse menciptakan sistem telegraf listrik pada 1837. Penemuan itu memungkinkan orang-orang mengirim pesan dalam abjad latin, huruf demi huruf melalui jaringan kabel hingga berkilometer jauhnya, bahkan hingga lintas benua.

Telegraf diboyong ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada 1855, menghubungkan kota Batavia (Jakarta) dan Buitenzorg (Bogor). Sejak itu alat pengirim pesan tersebut mulai banyak digunakan, hingga masuknya jaringan telepon pertama di Batavia tahun 1882.

Dua tahun berikutnya, pada 1884, sambungan telepon dibangun di Semarang dan Surabaya. Pengelolanya ketika itu adalah perusahaan swasta “Intercommunaal Telefoon Maatschappij” yang mendapat izin konsesi selama 25 tahun dan hanya membangun jaringan di kota-kota besar karena mencari untung.

Berikutnya, pada 1906, pengelolaan jaringan telepon diambil alih oleh Pemerintah Hindia Belanda melalui pembentukan “Post Telegraaf en Telefoondienst”.

!break!
Satelit Palapa. | Indosat

Menyatukan NusantaraHingga beberapa puluh tahun setelah kemerdekaan Indonesia, pada dekade 60-an, jaringan telepon yang kemudian dikelola “Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi” (PN Postel, saat ini PT Telkom) masih mengandalkan teknologi kuno seperti sentral telepon manual dan saluran kawat terbuka yang sering mengalami gangguan.

Lompatan besar terjadi pada 1976 ketika Indonesia meluncurkan satelit pertama, Palapa A1. Sesuai dengan namanya yang diambil dari sumpah Mahapatih Gajah Mada, Palapa A1, wahana antariksa bikinan “Hughes Aircraft Company” itu, mengemban misi mempersatukan nusantara lewat telekomunikasi.

Karena Palapa A1 yang mengorbit di ketinggian 36.000 km inilah, Indonesia dikenal sebagai negara ketiga yang memiliki satelit pemancar domestik (SKSD, Sistem Komunikasi Satelit Domestik) setelah Amerika Serikat dan Kanada.