Permintaan Maaf Imam Masjid Kepada Pemimpin Gereja Tuai Simpati

By , Jumat, 10 Oktober 2014 | 21:59 WIB

Permintaan maaf pimpinan sebuah masjid kepada pimpinan sebuah gereja di Kota Malang lantaran kegiatan shalat Idul Adha yang digelar masjid itu menyebabkan kebaktian gereja tertunda menimbulkan ribuan simpati di media sosial.

Gelombang simpati itu muncul setelah stasiun radio Suara Surabaya memuat berita "permintaan maaf" itu di laman Facebook, Twitter, dan portal resminya, Minggu (5/10) lalu.

Lebih dari 34.000 pengguna Facebook menyatakan like (suka) dan berita ini telah di-share (dibagikan) sebanyak 2.776 hingga Kamis (9/10) malam.

Sementara berita itu—yang menampilkan aktivitas shalat Idul Adha dengan latar gereja—memunculkan lebih dari 2.000 komentar yang sebagian besar menyatakan simpati atas sikap toleransi pimpinan dua tempat ibadah yang letaknya tidak berjauhan itu.

"Indahnya kebersamaan, bisa saling mengerti dan memahami walaupun berbeda agama," tulis salah seorang. Komentar seperti ini juga diungkapkan para pembaca lainnya.

Ada pula yang berkomentar pendek, "Terima kasih teman-teman, Kristen...." dan banyak pula yang bersimpati sikap pimpinan masjid yang bersedia meminta maaf.

Sebagian berkomentar bahwa toleransi seperti ini sudah dipraktikkan di daerahnya, tetapi ada yang berharap ini bisa dicontoh di tempat lain di Indonesia.

Hanya sedikit yang antipati atau sinis terhadap isi berita tersebut.

"Indahnya kebersamaan, bisa saling mengerti dan memahami walaupun berbeda agama."

Mengapa meminta maaf?

Masjid Agung, yang merupakan masjid berukuran besar dan tertua di Kota Malang, letaknya sekitar 200 meter dari Gereja Protestan Indonesia di bagian Barat (GPIB) Immanuel, yang juga salah-satu gereja tertua di kota itu.

Seperti shalat Idul Fitri atau Idul Adha pada tahun-tahun sebelumnya, jumlah peserta ibadah dapat mencapai 35.000 sehingga meluber sampai di depan gereja tersebut.

Akibatnya, jika waktu ibadahnya digelar secara bersamaan, maka salah-satu pihak harus menunda acara ibadahnya, terutama pihak gereja.

Hal ini terulang saat shalat Idul Adha pada Minggu (5/10) lalu, tetapi kali ini pimpinan Masjid Agung menyatakan permintaan maaf kepada pimpinan gereja Immanuel tersebut.