Ketika Kesegaran Udara Terenggut...

By , Selasa, 14 Oktober 2014 | 11:47 WIB

Kabut asap seperti tak tertangani karena beragam upaya pemadaman oleh pemerintah tak berhasil dan makin merugikan masyarakat. Hidup di Palembang dua pekan terakhir ini mengerikan. Untuk bernapas saja sulit, ujar Dinda Wulandari, seorang karyawan swasta, di Palembang, Senin (13/10).

Kualitas udara memburuk hingga beberapa kali berstatus berbahaya bagi makhluk hidup dengan indeks standar pencemaran udara (ISPU) di atas 300. Kondisi serupa dari pengamatan Kompas sepekan terakhir terjadi di Riau, Jambi, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah.

Bernapas sangat tidak nyaman, udara terasa berat, hidung terasa panas, dan aroma asap menyengat. Itulah ritual tahunan yang seperti tak berujung.

Apa yang terjadi sesungguhnya?

Bernapas dalam asap

Pekan kedua September hingga pertengahan Oktober, setiap hari selama beberapa jam, udara Palembang, Sumatera Selatan, dipadati partikel abu lebih dari 10 mikron yang dibawa asap dari pembakaran lahan dan hutan.

Sulit mencari padanan "sensasi" bernapas pada udara berkabut asap dari pembakaran hutan dan lahan seperti itu. Bagai bernapas di tengah hujan abu ringan letusan gunung.

Penduduk Palembang mengeluhkan gangguan kesehatan akibat paparan asap berhari-hari itu, dari keluhan ringan, seperti mata pedih dan berat, napas berat, hingga sulit napas yang perlu perawatan di rumah sakit.

Erin Trisnadika (22), karyawan PT Pelabuhan Indonesia (Persero) II Cabang Palembang, misalnya, dirawat di rumah sakit karena asmanya kambuh di tengah pekatnya asap di Palembang. Ia pun tak masuk kerja. "Saya sangat sulit bernapas. Baru pertama kali ini asma saya kambuh sejak pindah ke Palembang, Desember tahun lalu. Apakah akan terjadi setiap tahun?" katanya.

Keluhan lain yang dirasakan warga ialah gejala infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), seperti demam, tenggorokan gatal, batuk, hidung berair, juga badan lemas dan mudah lelah.

Pengukuran kualitas udara Badan Lingkungan Hidup Sumatera Selatan (Sumsel) menunjukkan, kualitas udara Palembang dua pekan pada akhir September dan awal Oktober, buruk.

Puncaknya terjadi pada 26 September. ISPU menyentuh angka 800 pada sore hari untuk particulate matter 10. Artinya, kandungan debu di udara pada level berbahaya bagi makhluk hidup.

Angka ISPU di atas 300 berarti udara masuk kategori berbahaya, angka 200-299 sangat tidak sehat, 100-199 tak sehat, dan 50-99 tercemar sedang.