Nationalgeographic.co.id—Penemuan fosil hewan purba terus bertambah, tidak hanya yang hidup di daratan tapi juga di laut. Para arkeolog telah menemukan sisa – sisa dari kalajengking laut purba, baru – baru ini.
Kalajengking laut purba atau Terropterus xiushanensis ini memiliki panjang 1 meter. Dilansir dari Live Science, hewan yang hidup di Laut Tiongkok ini menggunakan lengannya yang besar dan berduri untuk menjerat mangsa.
Terropterus xiushanensis merupakan eurypterid, artropoda purba yang memiliki kaitan erat dengan arakhnida modern dan kepiting tapal kuda. Salah satu penulis studi ini, Bo Wang dari Nanjing Institute of Geology and Palaeontology dan Center for Excellence in Life, Chinese Academy of Science mengungkapkan kegunaan dari tungkai berduri hewan laut purba ini.
“Diduga digunakan untuk menangkap mangsa dan dianalogikan seperti ‘keranjang penangkap’ yang dilakukan oleh pedipalpus berduri pada laba – laba cambuk,” jelas Bo Wang dikutip dari Live Science.
Pedipalpus adalah kaki tambahan pada arakhnida. Biasanya berfungsi untuk menyalurkan sperma dari laba–laba jantan ke pasangan betinanya. Pada beberapa arakhnida seperti laba–laba cambuk (whip spider) pedipalpus digunakan untuk menangkap mangsa.
Kalajengking laut purba ini hidup selama periode Silur, antara sekitar 443,8 juta dan 419,2 juta tahun yang lalu. Pada masa itu, kalajengking ini berada di posisi atas sebagai predator dari tempat pengintaian bawah air. Hewan ini menerkam ikan dan moluska, mengaut menggunakan pedipalpus dan mendorong mereka masuk ke dalam mulut.
Spesies baru ini, Terropterus xiushanensis adalah yang pertama ditemukan dari famili Mixopteriade dalam kurun waktu 80 tahun terakhir. Diketahui eurypterid sendiri memiliki berbagai ukuran, dari yang terkecil seukuran tangan manusia hingga yang terbesar, sebesar manusia dewasa.
“Pengetahuan kami tentang hewan aneh ini terbatas hanya pada empat spesies dalam dua genera yang dideskripsikan 80 tahun lalu, Mixopterus kiaeri dari Norwegia, Mixopterus multispinosus dari New York, Mixopterus simonsoni dari Estonia dan Lanarkopterus dolichoschelus dari Skotlandia,” terang Bo Wang.
Baca Juga: Peneliti Temukan Pohon yang Memiliki Racun Seperti Kalajengking
Studi ini telah dipublikasikan di Science Bulletin dengan judul First mixopterid eurypterids (Arthropoda Chelicerata) from the Lower Silurian of South China. Para peneliti menuliskan bahwa Terropterus xiushanensis berbeda dari mixopteriade lainnya terutama dalam morfologi pelengkapnya, termasuk pola spinasi, panjang relatif masing–masing podomere (segmen kaki arthropoda) dan bentuk coxae.
Sehubungan dengan adanya kemungkinan kalau Terropterus xiushanensis salah satu top predator di kehidupan laut karena tidak ada lagi vertebrata pesaing dengan ukuran besar di Tiongkok Selatan. Spesies ini juga menjadi mixtopterid pertama yang ditemukan di superbenua Gondwana.
“Mixopterid Gondwanan pertama kami, bersama dengan eurypterid lain dari China dan beberapa spesimen yang tidak terdeskripsikan menunjukkan bias pengumpulan yang kurang dalam kelompok ini,” ungkap para ahli dalam penelitian mereka.
Baca Juga: Sains Terbaru, Robot Ini Bisa Berenang dengan Efisien Mirip Satwa Laut
“Pekerjaan di masa depan, terutama di Asia, dapat mengungkapkan distribusi mixopterids yang lebih kosmopolitan dan mungkin kelompok eurypterid lainnya,” tambahnya.
Sebelumnya, kalajengking laut purba berukuran besar lain yang pernah ditemukan adalah Jaekelopterus rhenaniae. Pada tahun 2007 lalu Science Daily melaporkan hewan purba ini semasa hidupnya memiliki panjang dua setengah meter, jauh lebih tinggi daripada rata–rata manusia. Temuan yang didapat dari bebatuan berusia 390 tahun itu menujukkan bahwa laba–laba, serangga, kepiting dan makhluk lainnya yang serupa di masa lalu memiliki ukuran jauh lebih besar daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Baca Juga: Sengatan Kalajengking untuk Redakan Nyeri, Berani Mencobanya?