Namun ia menyebut, kemajuan lain dalam produksi pangan juga harus mempertimbangkan dampak jangka panjang yang bisa muncul.
“Kita tak boleh lupa akan bagaimana kita meningkatkan produksi pangan selama abad ke-20, ini berdampak besar pada lingkungan. Jadi jika kita kini memproduksi pangan 4 miliar lebih banyak dalam ratusan tahun ke depan, atau kurang dari seratus tahun, kita butuh pertanian yang ramah lingkungan, jadi itu harus disiapkan dengan baik,” jelasnya.
Ia memberi contoh India sebagai negara yang meningkatkan produksi pangan melalui irigasi dan penggunaan pupuk, herbisida, dan pestisida.
Ia juga mengatakan, para perancang kebijakan harus melindungi lingkungan dari kemajuan pertanian yang memiliki potensi merusak.
“Jika kita tak melakukan itu, apa yang akan terjadi adalah kita bisa memproduksi pangan bagi generasi kita, tapi pada saat bersamaan, hal itu akan merugikan generasi berikutnya. Itu tak bisa diterima, jadi kita harus mencari cara lain dan hal pertama dan yang terpenting adalah pertanian ramah lingkungan,” tegasnya.
Dan jika populasi global menyentuh angka 12 miliar jiwa, kita harus bisa lebih efisien dalam soal pangan, tambah sang Profesor.
“Ada beberapa laporan yang menyebut bahwa sepertiga pangan yang kita produksi itu hilang atau terbuang percuma. Jadi apakah kita memproduksi makanan untuk tempat pembuangan sampah, atau kita benar-benar memproduksi pangan yang kita butuhkan untuk memberi makan populasi?” tanyanya.
Ia menyambung, “Jadi saya pikir ada banyak hal lain yang bisa dipikirkan ketimbang hanya memproduksi lebih banyak makanan.”
Ia mengatakan, kita juga perlu memperluas apa yang kita tanam dan menyesuaikan tanaman dengan kondisi lingkungan yang unik.
“Apakah ada sumber karbohidrat lain, apakah ada sumber protein lain? Kita harus memikirkan itu juga dalam rencana kita, dan tak seharusnya terpisah dari rencana untuk meningkatkan produksi gandum, atau meningkatkan hasil panen jagung,” utaranya.
“Jadi saya berbicara tentang pendekatan yang jauh lebih luas soal produksi pangan, untuk populasi yang berjumlah lebih dari 7 miliar,” lanjutnya.
Pemikiran lain yang timbul dari jumlah populasi global yang besar adalah kemungkinan adanya peluang bagi para petani Australia untuk memasarkan hasil produksi mereka.