Ketika Trotoar Jakarta Tak Lagi Berfungsi Sebagaimana Mestinya...

By , Sabtu, 1 November 2014 | 13:50 WIB

Jalur di tepi jalan raya dengan posisi lebih tinggi dari jalan raya merupakan tempat orang berjalan kaki. Ya, trotoar, begitu orang biasa mengenalnya.

Banyaknya trotoar di Jakarta tak berarti bahwa jalur itu selalu berguna sesuai dengan fungsinya. Seperti halnya di salah satu titik kemacetan di Jakarta Pusat, yakni Jalan Jenderal Sudirman, bila kita melintas pada pagi hari, kemacetan yang terjadi di jalan itu tidak terbayangkan.

Situasi itu membuat para pengendara tak sabar untuk saling mendahului. Tak ayal, trotoar pun menjadi sasaran pengendara motor untuk melawan kemacetan.

Dari depan gerbang Gelora Bung Karno (GBK) di Jalan Jenderal Sudirman, para pengendara sepeda motor sudah mengetahui celah menaikkan kendaraan mereka. Ada tepi trotoar yang bidangnya lebih rendah dari bidang lain. Bidang itulah yang dimanfaatkan oleh pengendara sepeda motor.

Pengendara sepeda motor langsung mempercepat laju kendaraannya begitu berada di trotoar, sedangkan pengendara di badan jalan justru terhenti.

Para pengendara sepeda motor yang telah hafal dengan trotoar itu menurunkan motor, kembali ke jalan, sebelum tiang pegangan pejalan kaki di atas trotoar itu.

Namun, bagi pengendara yang belum tahu, mereka akan bablas sampai di ujung trotoar atau pintu gerbang lain GBK, Istora, dan JCC yang tak jauh dari tangga Selter Polda untuk pengguna transjakarta.

Yang tidak mereka ketahui, tepat di depan gerbang itu berdiri dua polisi. Kepolisian lalu lintas ini siap memberi tilang kepada para pengendara yang melanggar.

"Waduh, Pak, maaf, saya buru-buru," kata pengendara itu kepada polisi.

Tanpa ragu, polisi mengeluarkan satu berkas catatan dan menuliskan identitas pengendara serta sepeda motornya.

!break!

Polisi yang lain sibuk mengatur arus lalu lintas, antara lain bagi bus yang berhenti sembarangan sehingga membuat kemacetan kian mengular.

Sementara itu, pengendara lain di belakang pengendara yang kena tilang akan sibuk memundurkan sepeda motor. Ada pula yang mengalami kesulitan mengeluarkan sepeda motor dari trotoar karena ada sebatang besi pemisah di tengahnya.

Meskipun sama-sama panik, para pengendara ini justru saling membantu mengeluarkan sepeda motor dari trotoar selebar sekitar 1,5 meter itu. Setelah berhasil keluar dari trotoar, mereka bisa kembali ke jalan raya.