Mesir, Hadiah Terindah dari Sungai Nil

By , Senin, 1 Desember 2014 | 12:12 WIB

 

Ilustrasi: Melancong ke Mesir. (Peta Mesir via Thinkstock)

Tak sepanas yang dibayangkanPaling tidak ada dua hal mendasar yang sering ditanyakan orang Indonesia terkait Mesir, yakni faktor iklim dan keamanan. ”Panas banget, ya, di sana? Aman enggak, sih?” demikian pertanyaan beberapa teman di Jakarta.

Pertanyaan soal iklim mudah dipahami karena letak geografis Mesir di tengah gurun. Pemandangan hijau dan teduh di Mesir praktis hanya bisa ditemukan di dekat Sungai Nil. Berkunjung ke Kota Asiut, sekitar 400 kilometer sebelah selatan Kairo, lapisan hijau ini paling besar hanya setebal 2-3 kilometer dari tepian Nil.

Akan tetapi, temperatur di Mesir tak sepanas yang dibayangkan. Saat berada di Mesir, pertengahan Oktober lalu, suhu udara berkisar antara 30-33 derajat celsius, tak jauh beda dengan Jakarta.

Situasi keamanan di Mesir memang sempat tak menentu saat negara itu diguncang revolusi sejak 2011. Namun, sejak Mesir dipimpin Presiden Abdel Fattah el-Sisi yang didukung militer, situasi keamanan berangsur-angsur pulih. (Baca tentang Mesir pascarevolusi di sini)

”Semuanya baik-baik saja,” ungkap Mohamed Elhawary, warga Kairo.

Gangguan keamanan, terutama dari kelompok militan, kadang masih terjadi, tetapi terpusat di kawasan Sinai Utara, lebih dari 280 kilometer di sebelah timur Kairo.

Meski begitu, kewaspadaan tetap diperlukan dalam menghadapi risiko gangguan keamanan kecil di obyek-obyek wisata utama. ”Kalau ada orang yang memberi suvenir sebagai hadiah di dekat piramida, jangan diterima, karena nanti ujung-ujungnya disuruh bayar,” ujar Ashraf mengingatkan.