Menciptakan Solusi Alternatif Daur Ulang Sampah Plastik

By , Selasa, 2 Desember 2014 | 14:11 WIB

Alasan kepraktisan dan bobotnya yang ringan membuat plastik banyak dipakai. Orang-orang di seluruh dunia menggunakan wadah plastik sekali buang untuk air, makanan, dan bahan lainnya.

Namun jika tidak dikelola dengan benar, pembuangan plastik-plastik ini dapat mengotori daerah-daerah berpenduduk, mencemari sistem-sistem perairan dan menciptakan kerusakan lingkungan.

Sampah plastik adalah masalah nyata di banyak negara miskin. Namun sebuah negara di Afrika dan satu lagi di Amerika Selatan telah mengubah ancaman tersebut menjadi manfaat—dengan menciptakan solusi alternatif daur ulang sampah plastik.

Sistem pembuangan air di ibu kota Uganda, Kampala, memberikan penghidupan bagi ratusan orang yang mengumpulkan sampah yang dibuang dengan ceroboh.

David Kibande mengelola sekitar 10 pekerja yang mengumpulkan sampai 10 ton sampah plastik per minggu, dan menjualnya dengan harga sekitar Rp 9.000 per kilogram.

Kibande mengatakan orang-orang yang ia awasi akan jadi pengangguran jika tidak ada pekerjaan itu. Sekarang, mereka menghasilkan uang sambil membantu membersihkan kota.

Sekarang, mereka menghasilkan uang sambil membantu membersihkan kota.

Lebih dari setengah sampah di ibukota Uganda tidak dikumpulkan oleh dinas kebersihan kota yang kekurangan pegawai dan dana. Banyak sampah berakhir di saluran-saluran pembuangan air, perairan, jalan dan lahan kosong. 

Pihak berwenang bidang lingkungan mengatakan sekitar 600 ton plastik dibuang di Kampala setiap hari.

Perusahaan-perusahaan swasta, seperti Lembaga Daur Ulang Plastik (PRI), yang dikelola perusahaan minuman Afrika Selatan SABMiller, telah mengambil langkah untuk membantu mengurangi sampah dengan mempekerjakan orang-orang untuk mengumpulkan sampah plastik untuk didaur ulang.

Pabrik di Kampala mendaur ulang 650 kilogram plastik per jam dan lebih dari 3 juta kilogram per tahun, yang berarti sangat mengurangi sampah yang dibuang ke lingkungan Uganda.

Plastik-plastik itu dipilih, dicuci dan diproses untuk pembuatan produk-produk plastik lainnya, termasuk ubin dan atap.

 

Sementara di benua yang lain, sebuah inisiatif swasta yang disebut "Organizmo" mengajar murid-murid mencampur botol plastik dengan pasir, tanah liat dan sedotan untuk membangun rumah yang berkelanjutan di Kolombia bagian tengah.

"Jika kita dapat memahami bagaimana kita membuang sampah dan mengonsumsi dan menggabungkannya dalam siklus-siklus di sekeliling kita, hal itu dapat mengarah pada praktik-praktik daur ulang, pemakaian ulang dan pengetahuan akan lahan," ujar Ana Maria Gutierrez, direktur dan pendiri dari Organizmo.