Kenali Hiportemia, Sang Penyakit di Ketinggian

By , Senin, 8 Desember 2014 | 21:00 WIB

Kita baru saja dikejutkan oleh kabar dari Kabupaten Maluku Tengah. Dari kawasan Gunung Binaya, berita itu mengabarkan bahwa pendaki asal Bandung, Dr. Fitra Widianwari, yang meninggal dunia di sana lantaran terserang hipotermia. Sang pendaki ternyata merupakan seorang peneliti senior di Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI) Jakarta.

Lantas apa yang perlu kita ketahui soal hipotermia? Hipotermia adalah suatu kondisi di mana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Hipotermia dapat didefinisikan sebagai suhu bagian dalam tubuh di bawah 35 °C. Tubuh manusia hanya mampu mengatur suhu pada zona termonetral, yaitu antara 36,5-37,5 °C. Di luar suhu tersebut, respon tubuh untuk mengatur suhu akan aktif menyeimbangkan produksi panas dan kehilangan panas dalam tubuh.

Gejala hipotermia ringan adalah penderita berbicara melantur, kulit menjadi sedikit berwarna abu-abu, detak jantung melemah, tekanan darah menurun, dan terjadi kontraksi otot sebagai usaha tubuh untuk menghasilkan panas. Pada penderita hipotermia moderat, detak jantung dan respirasi melemah hingga mencapai hanya 3-4 kali bernapas dalam satu menit.

Hipotermia diawali dari gejala biasa seperti kedinginan, badan gemetar menahan dingin bahkan sampai gigi berkerotakan karena tidak kuat lagi menahan dingin. Bila tubuh penderita basah, makan serangan hiportemia akan semakin cepat. Jika badan basah kuyup kehujanan dan angin bertiup kencang, maka potensi hipotermia akan semakin lebih cepat.

Beberapa jenis hipotermia, yaitu:

1. Accidental hypothermia, terjadi ketika suhu tubuh inti menurun hingga 35°c.

2. Primary accidental hypothermia, merupakan hasil dari paparan langsung terhadap

udara dingin pada orang yang sebelumnya sehat.

3. Secondary accidental hypothermia, merupakan komplikasi gangguan sistemik (seluruh tubuh) yang serius. Kebanyakan terjadinya di musim dingin (salju) dan iklim dingin.

Puncak dari hipotermia

Puncak jika terkena hipotermia, korban tidak lagi merasa kedinginan dan merasa kepanasan. Biasanya korban akan melepas pakaiannya satu per satu dan akan tetap merasa kepanasan.

Hipotermia juga menyerang saraf, oleh karena itu korban tidak akan merasa jika ia terserang hipotermia. Selain itu ketika penderita hipotermia sudah kehilangan “kesadaran”, maka dia akan mudah terkena halusinasi. Faktor halusinasi ini yang sangat berbahaya karena penderita akan melihat bermacam-macam hal dan akan mengejar apa yang dilihatnya tanpa menghiraukan apapun yang ada di hadapannya.

Tindakan-tindakan pencegahan penyakit hipotermia