Waktu Itu Warga Dikejutkan dengan Jejak Kaki Misterius

By , Minggu, 21 Desember 2014 | 12:30 WIB

Februari 1855, ditemukan jejak-jejak kaki misterius di South Devon, Inggris. Rangkaian jejak kaki itu membekas di permukaan salju. Tak seorang pun yang dapat mengatakan siapa atau makhluk apa yang meninggalkan jejak kaki itu. Tapi sebagian orang menduga itu jejak kaki setan. Para ilmuwan tentu tidak sependapat dengan itu. Pertanyaannya kemudian, lantas jejak kaki siapa?

Musim dingin di tahun 1855 begitu dahsyat. Inggris pun dilanda gelombang dingin tanpa kecuali. Sungai Thames membeku di Kingston dan desa-desa terpencil di wilayah Inggris barat terisolasi oleh hujan salju yang sering mendadak turun. Orang-orang tidak masuk kerja dan banyak pelancong tewas karena suhu yang teramat dingin.

Bagi warga Devon, cuaca pada 8 Februari 1855 itu tak ubahnya seperti hari-hari di musim dingin lainnya. Tapi cerita tentang pemandangan aneh yang diungkapkan oleh Albert Brailford, kepala sekolah di wilayah Topsham di Devonshire, tidak mampu menahan penduduk yang penasaran untuk tetap tinggal di dalam rumah.

Mereka beranjak keluar, didorong rasa penasaran untuk menyaksikan rangkaian jejak kaki aneh di permukaan salju. Jejak kaki itu sendiri bentuknya seperti sepatu kuda. Masing-masing panjangnya 10 cm dan lebarnya 4 - 6,25 cm: jejak kaki itu tampak seperti jejak kaki binatang berkuku.

Warga diliputi ketakutan. Mereka yang percaya takhayul menduga itu jejak kaki setan. Kabut misteri makin pekat ketika penduduk desa mendapati, di beberapa tempat jejak-jejak kaki itu melewati atap rumah. Rangkaian jejak kaki itu terus bersambung sampai 40 mil di sepanjang pantai Devon Selatan.

Di salah satu desa jejak kaki itu berhenti di depan pintu sebuah lumbung dan muncul lagi lewat lubang sebesar 15 cm di belakang lumbung, kemudian naik ke tumpukan jerami, menghilang dan muncul lagi di sisi yang lain. Meskipun hilang-timbul, rangkaian jejak kaki itu terlihat selalu berada dalam satu garis lurus.

Kabar aneh itu tak pelak menarik perhatian wartawan dan sejumlah ilmuwan. Mereka memiliki versi sendiri-sendiri.

Seorang pendeta di Devon dan naturalis (orang yang mempelajari makhluk hidup dan lingkungannya) menolak pendapat bahwa ada kekuatan supranatural di balik misteri jejak kaki itu. Mengingat ukurannya cuma sebesar itu, mudah dipahami kalau jejak itu jejak kaki binatang.

Tapi pertanyaan yang tak bisa dijawab oleh sang pendeta, binatang apa yang sanggup berjalan sepanjang 80 mil dari petang hingga pagi hari, lalu naik ke atap rumah dan tumpukan jerami?

!break!

Setelah melakukan pemeriksaan, Richard Owen, seorang naturalis ternama, berpendapat bahwa apa yang mereka lihat itu tidak lain jejak kaki binatang sejenis luwak (badger). Hewan ini termasuk binatang malam yang hidup di dalam liang, masih satu famili dengan musang dan berang-berang. la termasuk binatang yang kuat dan tak kenal lelah. Namun, hanya segelintir naturalis yang mengamini teori itu.

Beberapa naturalis justru menduga, jangan-jangan itu cuma ulah orang iseng. Pendapat ini pun tidak memuaskan banyak pengamat. Mereka mempertanyakan, bagaimana bisa dijelaskan makhluk itu dapat melompat dinding, memanjat atap, dan menempuh jarak 80 mil hanya dalam waktu semalam?

Menurut para pengamat, kasus jejak kaki di atas salju seperti itu bukan satu-satunya. Seperti dimuat surat kabar The Western Times, kasus serupa pernah terjadi pada tahun 1850, lima tahun sebelum kasus jejak kaki di Devon.

Terpicu oleh berita di surat kabar itu banyak pengamat menyatakan, pada tahun 1840 Kapten Sir James Clark Ross dalam perjalanan ekspedisi ke Antartika pun menyaksikan jejak tak dikenal di permukaan salju di Pulau Kerguelen.