Gamalama Bak Orang yang Gampang Meledak

By , Minggu, 21 Desember 2014 | 15:50 WIB

Gunung Gamalama di Pulau Ternate, Maluku Utara, seperti seseorang bertemperamen meledak-ledak. Hanya empat jam sejak aktivitasnya terdeteksi meningkat, gunung berketinggian 1.715 meter dari permukaan laut ini tiba-tiba meletus pada Kamis (18/12) pukul 22.41 WIT. Bahkan, statusnya pun belum sempat dinaikkan saat letusan itu terjadi.

Tinggi asap letusan Gamalama mencapai sekitar 2.000 meter ke arah timur. Beruntung, letusan Gamalama di malam hari itu bersifat freatik dan tergolong kecil. Lontaran material letusannya pun tak mencapai permukiman yang hanya berjarak sekitar 2,5 kilometer (km) dari puncak.

"Kami belum tahu apa letusan freatik kemarin (Kamis) baru awal dari letusan besar atau hanya segini. Beberapa letusan besar bisa dimulai letusan kecil. Apalagi di atas Gamalama ada kubah lava bentukan letusan 2011 yang bisa longsor sewaktu-waktu. Kami kirim tim ke sana untuk evaluasi," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendrasto, Jumat (19/12/2014).

Hingga Jumat sore, embusan asap dan abu vulkanik masih keluar dari Gamalama. Data dari PVMBG, pukul 15.36-17.59 WIT, teramati embusan asap putih kelabu tebal bergumpal setinggi 200-700 meter dari puncak.

Sekalipun tergolong kecil, letusan pada Kamis malam itu melumpuhkan penerbangan Ternate. Bandar Udara Babullah di Ternate yang terselimuti abu ditutup untuk waktu yang belum ditentukan. Selain itu, 13 pendaki terjebak letusan, dengan tujuh orang terluka, termasuk dua orang yang saat letusan hanya berada sekitar 500 meter dari puncak.

!break!

Peringatan dini

Status Gamalama baru dinaikkan dari Waspada ke Siaga setelah terjadi letusan sehingga mengejutkan. Kepala Pusat Informasi Data dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, biasanya lembaganya mendapat informasi kenaikan status gunung api sebelum letusan. "Ini pernah terjadi saat Gamalama meletus 5 Desember 2011 pukul 00.08," katanya.

Lanskap Kota Ternate, Maluku Utara. Dengan latar belakang Gunung Gamalama. (Zika Zakiya/National Geographic Indonesia)

Kepala Pos Pemantauan Gunung Api Gamalama Darno Lamane menyebutkan, kenaikan aktivitas kegempaan Gamalama terdeteksi pukul 18.42. Kemudian, pukul 22.09 terjadi gempa tremor kurang dari satu menit. "Tahun 2011, jarak kenaikan aktivitas dan letusan sekitar enam jam. Kali ini lebih cepat, hanya empat jam," ucap Darno.

Namun, sempitnya rentang kenaikan aktivitas dengan letusan tak bisa jadi alasan untuk memberi peringatan dini kepada masyarakat. Hendrasto punya pertimbangan lain. Menurut dia, status Gamalama tidak dinaikkan sebelum letusan karena ancaman letusan diprediksi tak membahayakan masyarakat.

"Sebelum letusan, saya memerintahkan petugas pos pemantau gunung api di sana untuk memberi tahu pemerintah daerah tentang peningkatan aktivitasnya. Siapa tahu ada yang mendaki," ujarnya.

Hendrasto mengatakan, dengan status Gamalama yang sudah Waspada, pendakian ke gunung itu seharusnya tak diizinkan hingga radius 1,5 km dari puncak. "Bisa dipastikan pendaki itu tak minta izin ke pos pemantauan. Beruntung mereka selamat. Padahal, ada dua orang yang posisinya hanya 500 meter dari puncak," ujarnya.

!break!

Bersifat reaktif