"Ketika ada kegiatan yang berhubungan dengan pementasan tradisional kebudayaan Bali, seperti menari, banyak warga dari Banjar Bali, salah satunya saya, yang diundang. Jadi misalnya seperti dari Richmond dengan Gamelan Raga Kusuma, sering sekali mengadakan pentas, kita jadi sering ikut di sana," papar Ika Inggas, ketua dari komunitas Banjar Bali.
Beralih ke Berkeley, California, kelompok Gamelan Sekar Jaya yang sudah berdiri sejak 35 tahun yang lalu adalah kelompok gamelan tertua di AS. Kelompok gamelan yang didirikan oleh I Wayan Suweca bersama warga Amerika, Rachel Cooper dan Michael Tenzer ini banyak bekerja sama dengan University of California, Berkeley, dalam mata kuliah gamelan dan juga dalam mendatangkan guru gamelan dari Bali.
!break!Sampai hari ini, anggota Sekar Jaya sudah mencapai sekitar 60 orang baik Amerika maupun Indonesia. Melalui Sekar Jaya, orang-orang Amerika dan juga Indonesia yang tinggal di California, bisa belajar tentang berbagai kesenian Bali termasuk gamelan dan tariannya dengan instruktur yang langsung didatangkan dari Bali dan juga instruktur asal Amerika. "Ada unsur belajarnya, unsur pertunjukan dan pertukaran budaya. Jadi pentas sambil belajar tentang kesenian tentang budaya Bali, Indonesia," jelas Emiko yang bergabung sebagai murid dengan Sekar Jaya pada tahun 1991, saat masih berusia 18 tahun.
Selain itu, ada juga kelompok gamelan di Amerika yang awalnya didirikan di Indonesia, seperti Gamelan Wrhatnala USA di Washington, D.C, yang beranggotakan sekitar 50 orang baik Amerika maupun Indonesia.
Project Manager Gamelan Wrhatnala USA, Mourien Supartha mengatakan, biasanya orang-orang Amerika yang akhirnya bergabung di kelompok gamelannya tertarik setelah melihat pertunjukan mereka, "Kadang-kadang setelah performance apalagi kalau pakai live gamelan, kita suka ada sedikit workshop di akhir pertunjukan. Kita kasih kesempatan kepada penonton untuk mencoba main gamelan," ujar Mourien. Mourien berharap untuk ke depannya, Gamelan Wrhatnala USA bisa berkolaborasi dengan kelompok gamelan yang lain di Amerika.
Gamelan Goes to School
Tidak hanya di universitas-universitas Amerika, tetapi di kota St. Paul, Minnesota, kelompok gamelan nirlaba, Sumunar, yang dibina oleh Joko Sutrisno, telah membawa program gamelan ke sekolah-sekolah Amerika. "Selain di universitas, program kita juga dari TK sampai SMA. Di Minnesota sendiri sekarang gamelan Jawa ada lebih dari 12 set," ujar pria yang juga mengajar gamelan di University of Minnesota dan beberapa universitas lain di Amerika.
"Kita punya program namanya School Residencies. Jadi kita bawa alat satu truk ke sekolah, kita di sana mengajar satu sampai dua minggu. Satu hari belajar 1 jam. Setelah 10 kali pertemuan, kita adakan pertunjukan. Mereka bisa main, tidak melihat notasi, dan confident,"lanjutnya.
Usaha dan kerja keras lulusan Institut Seni Indonesia, Solo, ini mendapat sambutan yang sangat positif. "Pendapat orang tua dan guru mereka 'Amazing! How can we do that in 10 lessons?'" ujar pria yang sudah 20 tahun menetap di Amerika ini.
Melestarikan Gamelan di Amerika
Berbagai cara terus dilakukan oleh para artis dan seniman gamelan di Amerika untuk terus mempromosikan kebudayaan Indonesia melalui gamelan di Amerika. "Saya punya impian untuk membuat pagelaran seni dengan seluruh sanggar-sanggar yang ada di Amerika sini," ujar Mourien. Dari situ tentunya Indonesia beserta kebudayaannya akan semakin dikenal. "Saya sangat senang orang semakin mengenal Indonesia," kata Emiko yang juga adalah pendiri sanggar Cudamani di Ubud, Bali. "Saya sendiri, mungkin karena saya seniman merasa sangat bangga dengan seni dan budaya yang ada di Indonesia. Bagi saya itu adalah salah satu kekuatan yang paling penting yang kita punya di Indonesia. Jadi kalau orang bisa mengenal Indonesia melalui kesenian saya sangat bahagia sekali," lanjutnya menutup wawancara.