Makna Filosofis Dibalik Motif Tenun Aceh

By , Sabtu, 27 Desember 2014 | 08:30 WIB

Tempias air hujan masuk dari sela-sela dinding berkayu jerejak yang jarang. Dahlia mengibaskan bongkahan benang tenun yang tidak terpakai. Dia duduk menceritakan kejayaan tenun Aceh dimasa lalu.

Dalam usianya yang 53 tahun, Dahlia sudah tidak kuat lagi menenun. Dia hanya menerima orderan dari para pelanggan. Lalu meneruskan orderan tersebut kepada para penenun di kampungnya, Mukim Siem, Aceh Besar, Aceh.

Tenun Aceh, kata dia, merupakan tenun tua yang sudah ada berabad-abad lalu. Tak hanya sekedar kerajinan tangan, motif-motif itu diciptakan untuk menjelaskan falsafah hidup masyarakat Aceh.

Dahlia berdiskusi dengan peneliti senior dari Balai Sejarah dan Kepurbakalaan Aceh tentang seluk beluk Tenun Aceh di Siem, Aceh Besar. (Syafrizaldi)

Dahlia adalah salah pewaris tenun Aceh yang masih ada di Mukim Siem. Dia menerima pelajaran menenun dari ibunya yang melegenda, Nyak Mu. Menurutnya, dari Nyak Mu-lah tenunan Aceh dikenal hingga ke berbagai pelosok negeri.

!break!

Nyak Mu, kata Dahlia, mewariskan keahlian menenun dari neneknya. Sementara buyutnya itu, mendapat keahlian dari ibunya lagi.

"Jadi saya ini sudah keturunan kelima. Sebelum itu, masyarakat Aceh tidak mengenal tenun. Kami orang Aceh hanya berpakaian serba hitam," katanya.

Salah satu motif tenun Aceh yang dibuat oleh para penenun di Siem, Aceh Besar. (Syafrizaldi)

Laila Abdul Jalil, peneliti senior dari Balai Sejarah dan Kepurbakalaan Aceh membenarkan Dahlia. Laila mengungkap, perkembangan tenun dimulai oleh masyarakat yang mendiami wilayah Aceh Besar, Aceh Barat, Pidie dan Aceh Selatan. Wilayah ini pada masa lampau merupakan bandar yang ramai dan menjadi tempat persinggahan para saudagar dari manca negara seperti Arab, Persia, Turki, Cina, India, dan Siam.

"Tapi Siem merupakan wilayah pertama yang mengembangkan tenun di Aceh," tegasnya.

Hasil proses menenun yang dikerjakan oleh para penenun yang dapat kita jumpai di Siem, Aceh Besar. (Syafrizaldi)

Tenun Siem, kata Laila, terkenal karena memiliki berbagai variasi warna serta corak dan motif hiasnya yang atraktif. Jumlah motifnya lebih dari 50 dengan warna-warna cerah. Kain tenun Siem menggunakan bahan baku benang sutra sebagai bahan utama pembuat kain serta benang emas dan perak untuk membuat motif.

Motif tenun, lanjut Laila, diaplikasikan pada sehelai kain yang bukan hanya untuk hiasan, tapi juga mengandung makna yang filosofis. Ragam hias pada kain tenun juga menggambarkan keadaan lingkungan alam sekitar.