Keliling Dunia Bersama Keluarga? Kenapa Tidak?

By , Kamis, 8 Januari 2015 | 18:00 WIB

Musim liburan 2014 usai sudah. Namun, jangan lupa, tahun ini adalah tahun penuh "hari kejepit". Ada baiknya Anda merencanakan liburan sejak jauh hari, agar Anda siap menghadapi berbagai kemungkinan dalam perjalanan.

Bagi Anda yang ingin berlibur bersama keluarga, kisah petualangan keluarga Rivenbark mungkin bisa menginspirasi Anda.

Banyak keluarga mengajak anak-anak berlibur dan melakukan perjalanan selama beberapa hari atau beberapa pekan ketika liburan sekolah. Tetapi, Tim dan Julie Rivenbark merencanakan liburan yang lebih panjang dengan kedua anak mereka–Tyler, 11 tahun, dan Kara, 9 tahun. Keluarga ini melakukan perjalanan mengelilingi dunia selama satu tahun, dengan mengunjungi 30 negara. 

Apa yang membuat keluarga ini memutuskan untuk menjalani liburan setahun penuh seperti itu? Mengingat banyak sekali pengorbanan yang harus dilakukan, baik oleh Tim dan Julie sebagai orang tua maupun anak-anak mereka yang masih bersekolah.

Menara Pisa, Italia. (Tim Rivenbark)

Tim, lewat semua email yang dikirimkan kepada saya di tengah-tengah perjalanannya, mengungkapkan kisahnya.

"Sekitar 5,5 tahun lalu, Julie membaca buku tentang sebuah keluarga yang melakukan perjalanan keliling dunia selama satu tahun. Cerita itu menginspirasikannya untuk melakukan hal yang sama," tulis Tim.

Pada awalnya, Tim tidak terlalu tertarik dengan ide itu. "Kami membicarakannya secara serius dalam kurun waktu empat tahun, terutama berpikir bagaimana kami akan melakukannya, dan apa saja dampaknya bagi karier kami, sekolah anak-anak, keuangan, rumah yang baru saja kami beli, harta benda lainnya, dan keluarga."

Akhirnya, karena pasangan ini sama-sama memiliki hasrat yang kuat untuk traveling, dan memiliki mimpi yang sama untuk melihat dunia dan belajar tentang kebudayaan dan sejarahnya, keduanya memutuskan bahwa 2014 menjadi waktu yang tepat. "Kami dan keluarga sedang dalam keadaan sehat, usia anak-anak kami pas, dan kami bisa mengesampingkan karier untuk sementara waktu," kata Tim.

Bersepeda di Swaziland. (Tim Rivenbark)

Secara umum, tidak ada yang memberatkan mereka, kecuali harta benda mereka. "Tetapi, kami sadar bahwa pengalaman hidup jauh lebih penting daripada harta."

Akhirnya, biaya perjalanan keluarga ini hanya bergantung pada tabungan. Julie berhenti dari pekerjaannya sebagai asisten dokter, dan Tim mengambil cuti di luar tanggungan dari pekerjaannya sebagai sales peranti lunak. "Saya bersyukur atasan saya mengizinkan saya cuti," kata Tim.

Dalam perjalanannya, mereka menghabiskan waktu di pedesaan, bermain kayak di Italia, terbang dengan balon di Myanmar, mendaki Everest Base Camp di Nepal, dan safari di Afrika Selatan.

Perjalanan trekking ke basecamp Gunung Everest merupakan salah satu destinasi kunci yang ingin dicapai keluarga Tim. Karenanya, mereka mesti memastikan bahwa perjalanan ke sana dilakukan pada September atau awal Oktober, saat kondisi cuaca sedang bagus. Sebagian besar rencana perjalanan mereka didesain agar mereka bisa menuju Everest pada akhir September.

Basecamp Gunung Everest. (Tim Rivenbark)

Tim juga mengatakan bahwa dalam enam bulan pertama perjalanan mereka, Taman Nasional Chobe di Botswana menjadi destinasi yang paling membuat anak-anaknya senang. "Kami melihat begitu banyak satwa liar Afrika dalam waktu yang begitu singkat. Kemping di tenda alam liar dan mendengar suara satwa di malam hari, terutama singa, membuat dada kami bergetar," ujar Tim.