Seluk Beluk Tentang AirAsia

By , Selasa, 30 Desember 2014 | 23:47 WIB

Tahun 2001, Tony Fernandes, mendirikan maskapai penerbangan murah di Asia, untuk menyaingi Malaysia Airlines dan Qantas Australia. 

Dengan slogan "Now Everyone Can Fly", saat ini penerbangan AirAsia menjangkau sekitar 100 tujuan di seluruh lebih dari 15 negara, meskipun banyak sejumlah penerbangan ini dilayani oleh berbagai maskapai dan anak perusahaan yang menggunakan nama merek perusahaan. 

Salah satu maskapai itu adalah, Indonesia AirAsia, yang mengoperasikan penerbangan QZ8501 dari Surabaya ke Singapura yang hilang kontak dengan kontrol lalu lintas udara pada Minggu pagi. 

Pesawat dengan jenis Airbus A320 melayani lebih dari 30 rute, dengan sejumlah tujuan di negara Thailand, Malaysia, Indonesia, Singapura dan Australia. 

AirAsia memiliki 49% saham Indonesia AirAsia, namun mempunyai kepala eksekutif terpisah, yaitu Sunu Widyatmoko. Sisa saham perusahaan ini dimiliki oleh para pemegang saham Indonesia. 

Pemerintah Indonesia melarang sejumlah perusahaan asing mendominasi kepemilikan saham setiap perusahaan penerbangan sipil. 

PK-AXC, Airbus A320-200 yang dioperasikan oleh maskapai Indonesia AirAsia, yang hilang sejak Minggu (28/12/2014). Registrasi AXC bisa dilihat di pintu roda depan pesawat. Foto diambil pada 17 Agustus 2012 di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. (Reska K. Nistanto/Kompas.com)

Nama AirAsia erat kaitannya dengan nama pengusaha asal Malaysia Tony Fernandes, ia menjadi kepala eksekutif dan menjalankan operasinya pada tahun 2001. 

Fernandes yang selalu tampil dengan celana jins dan topi AirAsia ketika di wawancara, dipandang sebagai Richard Branson-nya Malaysia 

Fernandes ingin meniru cara Branson dalam mengambil alih dominasi British Airways di tahun 1980-an dengan bersaing dengan sejumlah maskapai besar lainnya seperti Malaysia Airlines. 

Dia tercatat sebagai salah satu orang terkaya di Malaysia. 

Ketika pesawat ini hilang, dia segera memberikan dukungan kepada keluarga korban dalam pesan twitternya, dan datang ke Surabaya bersama para anggota afiliasi Indonesia AirAsia. (Baca juga Tony Fernandes Akui Ada Kesalahan yang Sebabkan QZ8501 Celaka)

Model bisnis AirAsia mirip dengan apa yang disebut dengan budget airlines atau penerbangan murah. Maskapai menetapkan tarif rata-rata adalah sekitar 170 ringgit Malaysia. 

Dalam tiga bulan hingga akhir September, grup AirAsia meraup laba 26.5 juta ringgit Malaysia dan mengangkut hampir 5,3 juta penumpang.