Pesawat AirAsia Penerbangan QZ8501 dilaporkan terbang di sekitar awan petir sebelum hilang, dan disebutkan kapten pilot telah meminta izin untuk menaikkan posisi terbang.
Menurut Gloria Kulesa dari Federal Aviation Administration, mengatakan hanya 23% kasus kecelakaan pesawat—fatal dan kecil—di seluruh dunia, yang penyebab utamanya adalah kondisi cuaca.
Spekulasi mengenai cuaca sebagai penyebab atau mempengaruhi kecelakaan pesawat, ketika ada pesawat hilang.
Sebagai contoh, Pesawat Air Algerie 5017 yang mengalami kecelakaan di Gurun Sahara pada Juli, menewaskan 118 orang penumpang dan kru, dilaporkan disebabkan cuaca buruk, meski belum dapat ada bukti yang kuat.
Tetapi para ahli penerbangan menyebutkan sangat jarang kasus kecelakaan pesawat hanya disebabkan karena faktor cuaca.
Sylvia Wrigley, pilot pesawat terbang ringan dan penulis buku Why Planes Crash, mengatakan bagaimana pilot dan kru mengoperasikan pesawat akan mempengaruhi apakah kecelakaan yang terjadi menjadi fatal atau tidak.
"Saya tidak berpikir tentang kejadian di mana cuaca menjadi satu-satunya penyebab," kata dia. "Tetapi dapat juga terjadi situasi di mana cuaca membuat pesawat berada dalam risiko tertinggi."
Seperti badai yang sangat kuat dapat menyebabkan kerusakan pada sayap pada sebuah pesawat kecil tetapi biasanya, para pilot dan petugas pengawas lalu lintas udara dapat melakukan upaya yang baik untuk menghindarinya.
Para kru akan terbang setidaknya 10 mil atau 16 km di sekitar badai. Teknologi radar juga memudahkan untuk mendeteksi kondisi cuaca buruk.
Kecelakaan lain dimana cuaca diuji sebagai salah satu faktor hilangnya pesawat Air France di lautan Atlantik 2009.
Setelah mengalami turbulensi, pilot gagal untuk mendiskusikan peringatan bahaya dan pilot tidak terlatih untuk menghadapi situasi ini, menurut temuan dalam penyelidikan.